TEMPO.CO, Surabaya - Dosen politik dari Universitas Airlangga, Hari Fitrianto, memprediksi tingkat elektabilitas pasangan inkumben, Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana, saat ini bisa mencapai 78 persen. Tapi menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak nanti jumlah tersebut akan terus menurun.
"Saat mendekati pemilu bisa hanya mencapai sekitar 48 persen bahkan hanya 40 persen," kata Hari kepada Tempo di kantornya, Selasa, 11 Agustus 2015.
Hari beralasan selama ini, menurut pengalaman pilkada, sangat sulit seorang calon yang dapat mencapai elektabilitas di atas 50 persen saat pencoblosan. Hal inilah yang bisa dimanfaatkan oleh pasangan penantangnya, Rasiyo-Dhimam Abror, untuk mendulang suara. "Makanya pasangan penantang masih ada peluang," ujar dia.
Hari menjelaskan masuknya Rasiyo sebagai pasangan dari Dhimam membuat terkejut banyak pihak. Rasiyo selama ini dilihat banyak orang tidak mempunyai ambisi untuk maju sebagai calon.
Rasiyo selama ini dikenal sebagai seorang birokrat akan mencoba menarik perhatian masyarakat untuk membuat Surabaya lebih baik lagi. Rasiyo juga dikenal dengan Ketua DPD Demokrat Jawa Timur Soekarwo.
"Ingat waktu pilgub, Soekarwo juga menang di Surabaya jadi Rasiyo bisa menggunakan itu, bahkan ketika Soekarwo mau turun menjadi juru kampanye menjadi hal yang menarik," kata dia.
Sedangkan Dhimam bisa memanfaatkan jaringan pengusaha media yang selama ini memang akrab dengan kehidupan Dhimam. Dhimam memang dikenal sebagai mantan seorang wartawan bahkan dia pernah menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). "Apalagi selama ini Dhimam dikenal sudah sangat sering turun ke masyarakat," ujarnya.
Oleh karena itu, Hari berkeyakinan pemilihan Wali Kota Surabaya masih sangat menarik untuk diikuti sampai akhir. Menurut Hari masyarakat Surabaya bisa menyaksikan bagaimana langkah Rasiyo-Dhimam untuk merebut kursi dari Risma.
EDWIN FAJERIAL