TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya, Aribowo, tak memungkiri bahwa kans penantang Calon Wali Kota Surabaya petahana Tri Rismaharini untuk memenangkan pemilihan kepala daerah berat. Berdasarkan survei yang ia lakukan, bila pilkada digelar tahun ini, hampir mustahil ada yang bisa mengalahkan wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.
“Bila sampai Desember tidak ada variabel-variabel negatif yang menjatuhkan citra Risma, sulit rasanya mengalahkan dia. Inkumben memulai start dengan modal (elektablitas dan popularitas) 70 persen, adapun penantangnya masih nol,” ujar Ari yang juga bekas Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur periode 1999-2004, Senin malam, 10 Agustus 2015.
Menurut Aribowo, selama lima tahun memimpin Surabaya, citra Risma mencorong karena, salah satunya, dieksploitasi media-media massa besar, terutama di Surabaya. Warga di kampung-kampung Surabaya, ujar dia, melihat hal itu sebagai keberhasilan Risma.
“Kalau mau mengejar ketertinggalan Risma, penantang harus menciptakan media sendiri untuk memoles citranya. Mengandalkan media besar di Surabaya untuk mengangkat citra penantang Risma, itu tidak mungkin,” ucap bekas Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair ini.
Adapun bila mengandalkan mesin partai, ujar Aribowo, dampaknya tidak terlalu signifikan karena paling banter hanya mampu mengangkat citra lima persen dari start awal. Apalagi Aribowo melihat partai pengusung penantang Risma kurang mengakar di Surabaya. “Bisa mengangkat popularitas dan elektabilitas calon sampai 15 persen saja sudah luar biasa,” ujarnya.
Sebelumnya, koalisi Partai Demokrat-Partai Amanat Nasional yang sempat gagal mengusung duet Dhimam Abror Djuraid–Haries Purwoko bakal mengajukan calon baru, yakni Rasiyo– Dhimam Abror. Duet baru itu rencananya bakal mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum Kota Surabaya pada Selasa siang, 11 Agustus 2015.
Ketua KPU Surabaya Robiyan Arifin mengaku lega bila akhirnya ada calon yang mendaftar di detik-detik akhir, sehingga pilkada dapat digelar tepat waktu. Namun Robiyan mengaku baru mendengar kabar soal rencana majunya Rasiyo–Abror tersebut dari media massa. “Komunikasi secara resmi ke kami belum ada, mungkin baru siang ini,” kata dia.
KUKUH S. WIBOWO | MUHAMMAD SYARRAFAH