TEMPO.CO, Pekanbaru - Pemerintah Kabupaten Kampar menjadikan urine sapi sebagai pupuk andalan pertanian di daerah itu. Sebab, urine sapi dinilai ramah lingkungan serta mampu meningkatkan kualitas pertanian secara alami ketimbang pupuk kimia yang mengancam kesuburan tanah.
"Biourine merupakan pupuk berkualitas tinggi, dapat mengembalikan menyuburkan tanah yang selama ini telah dirusak oleh penggunaan pupuk kimia," kata Bupati Kampar Jefry Noer, Senin, 10 Agustus 2015.
Baca Juga:
Jefry Noer mengatakan pihaknya tengah mengembangkan pupuk urine sapi untuk meningkatkan produksi pertanian ramah lingkungan melalui program "Rumah Tangga Mandiri Pangan Energi", yang melibatkan masyarakat.
Bukan hanya untuk kebutuhan lokal, Kampar juga menargetkan sebagai daerah produsen pupuk urine sapi dengan produksi 2,5 juta biourine per bulan. "Setiap rumah tangga diminta memelihara enam ekor sapi di atas lahan seluas 1.000 meter persegi," ujarnya.
Dengan demikian, Jefry melanjutkan, setiap rumah tangga mandiri akan mampu menghasilkan 500-1.000 liter biourine yang diolah dari urine enam ekor sapi tersebut.
Untuk tahun ini, menurut Jefry, sebanyak 500-2.500 warga, termasuk seluruh pejabat eselon hingga camat dan kepala desa, bakal dilibatkan untuk melaksanakan program Rumah Tangga Mandiri Pangan Energi.
Biourine diyakini terbukti baik untuk tanaman hortikultura serta kesuburan tanah tetap terjaga. Tanaman sayuran atau hortikultura yang menggunakan biourine, Jefry menambahkan, sebelumnya telah menuai hasil lebih baik dibanding penggunaan pupuk kimia. Sedangkan tanaman kelapa sawit terbukti mampu meningkatkan produksi buah.
"Pada umur yang masih 10 hingga 12 bulan saja, sawit yang menggunakan biourine telah tumbuh dengan buah dompet. Pada tanaman sawit lain, normalnya buah dompet ada setelah berumur 16 bulan ke atas," katanya.
RIYAN NOFITRA