TEMPO.CO, Watampone - Musim kemarau yang melanda Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, mengakibatkan 28.137 hektare sawah dari total luas sawah di daerah itu 105.502 hektare, mengalami kekeringan. Lahan sawah yang mengalami kekeringan tersebar di 27 kecamatan.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Bone, Andi Tenriawaru, mengatakan dampak kekeringan membuat sejumlah petani mengalami kerugian, karena gagal panen. Namun, ada pula sebagian petani yang masih bisa melakukan panen, terutama para petani yang mentaati pola tanam yang ditentukan pemerintah.
Menurut Tenriawaru, Dinas Pertanian dan Holtikultura telah melakukan sejumlah upaya mengatasi kekeringan. Di antaranya, pemberian air melalui pompanisasi. Bahkan bekerjasama dengan kepolisian terkait penyemprotan sawah menggunakan kendaraan water cannon. "Kami juga melakukan antisipasi dengan mencari sumber air,” katanya, Senin 10 Agustus 2015.
Tenriawaru menjelaskan, di beberapa lokasi, kekeringan mengakibatkan sawah mengalami kerusakan parah, seperti di Kecamatan Tellu Siattinge seluas 414 hektare, Kecamatan Bontocani 30 hektare dan Kecamatan Tanete Riattang Barat 40 hektare.
Sementara itu, sawah di kecamatan lain terancam rusak berat. Di Kecamatan Libureng, misalnya, seluas 3.125 hektare, Kecamatan Kahu 2.078 hektare, Kecamatan Bengo 2.000 hektare, Kecamatan Cenrana 2.148 hektare.
Bupati Bone, Andi Fahsar Mahdin Padjalangi, mengatakan kegagalan panen yang dialami sebagian petani lantaran tidak mentaati pola tanam yang ditentukan pemerintah. “Mereka masih melakukan cocok tanam secara tradisional,” ujarnya saat menghadiri acara Pesta Nelayan 2015 di Kelurahan Toro, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Senin 10 Agustus 2015.
Fahsar mengatakan, seandainya seluruh petani di Kabupaten Bone mentaati pola tanam yang benar, tidak akan mengalami gagal panen. Terbukti mereka yang mentaati pola tanam, masih bisa panen meski musim kemarau. “Kita perlu lakukan tudang sipululung (duduk bersama) guna membahasnya,” ucapnya.
Dia menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Bone tetap melakukan berbagai upaya mengatasi kekeringan agar jumlah petani yang mengalami kerugian tidak semakin banyak. Antara lain dengan melakukan pompanisasi di kawasan yang mengalami krisis air.
Salah seorang petani di Desa Kawerang, Muhammad Rais, mengaku menderita kerugian Rp 3 juta. Padi yang ditanamnya di lahannya seluas empat hektare tidak bisa dipanen. “Sawah saya kering,” tuturnya.
ANDI ILHAM