TEMPO.CO, Kediri - Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zukifli Hasan meminta media tak merisak kandidat yang akan maju melawan calon inkumben. Zulkifli Hasan mencontohkan, kasus kaburnya kandidat calon wali kota Haris Purwoko disebut akibat tak tahan dicemooh sebagai calon boneka.
Haris Purwoko kabur saat pendaftaran calon wakil wali kota mendampingi Dhimam Abror di kantor Komisi Pemilihan Umum Surabaya. Menurut Zulkifli, Haris tak tahan dengan cemoohan maupun kritik media yang menyebutnya sebagai calon boneka. “Karena malu disebut calon boneka akhirnya kabur,” kata Zulkifli Hasan di Kediri, Senin 10 Agustus 2015.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR-RI) ini mengatakan kaburnya Haris saat pendaftaran bukan kesalahan partainya, melainkan kesalahan media yang selalu mengoloknya sebagai calon boneka. Padahal pencalonan Dhimam Abror–Haris Purwoko ini sangat serius demi terselenggaranya pilkada Surabaya.
Zulkifli mengatakan, beban mental pasangan Dhimam Abror–Haris dalam pilkada Surabaya memang berat. Sebab keduanya harus bertarung melawan kandidat yang merupakan calon inkumben, Tri Rismaharini yang memiliki tingkat popularitas dan peluang menang sangat tinggi. “Kemungkinan kalah tinggi,” katanya.
Sekretaris PAN Jawa Timur Kuswiyanto mengaku tak pernah berkomunikasi dengan Haris sebelumnya. Selama ini PAN hanya berkomunikasi dan membangun komitmen dengan Dhimam Abror. “Untuk wakilnya dipercayakan sepenuhnya kepada Dhimam untuk mencari,” kata Kuswiyanto.
Menurut dia, PAN Jawa Timur juga tak terlalu fokus memikirkan pilkada karena konsentrasi mereka terpecah untuk pelaksanaan Musyawarah Wilayah di Kediri. Karena itu soal nasib pilkada di tiga daerah yakni Surabaya, Blitar, dan Pacitan diserahkan sepenuhnya kepada PAN untuk memutuskan. “Kalau DPP memutuskan calon ya kita daftarkan besok. Kalau tidak, ya mau apa lagi,” katanya.
HARI TRI WASONO