TEMPO.CO, Sidoarjo - Sejumlah pedagang daging sapi di Sidoarjo mengaku trauma dengan aksi mogok berjualan. Sebab, aksi tersebut justru membuat mereka merugi. Banyak pelanggan mereka, terutama para penjual bakso, beralih atau pindah.
"Malas mogok. Tahun kemarin mogok juga tapi enggak ada solusinya. Malah kita rugi. Pelanggan banyak yang pindah," kata Rina, pedagang daging sapi di Pasar Larangan, Candi, Sidoarjo, Senin, 10 Agustus 2015.
Rina berujar saat ini harga daging sapi di Sidoarjo masih normal, yakni Rp 94-100 ribu. Namun, bila suatu waktu ikut naik, dia bersama pedagang lain tak akan ikut mogok.
"Kami sudah trauma dengan aksi mogok berjualan selama seminggu pada tahun 2012," tutur perempuan berkerudung yang sudah berjualan sejak 1981 menggantikan orang tuanya tersebut.
Mustofa, pedagang daging sapi lain, mengatakan, selama ini, aksi mogok tak memiliki dampak apa pun. "Nyatanya kita kemarin-kemarin mogok tapi tetap saja enggak ada perubahan," ucapnya.
Menanggapi mogok berjualan yang dilakukan pedagang daging sapi di sejumlah daerah sejak Ahad kemarin, Mustofa mengaku tidak ada kaitannya dengan pedagang daging sapi di Sidoarjo, khususnya di Pasar Larangan.
Saat ini sejumlah pedagang daging di Jakarta, Kota dan Kabupaten Bogor, serta Bandung mogok berjualan. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes kepada pemerintah karena tidak mengendalikan harga daging sapi yang selalu naik.
NUR HADI