TEMPO.CO, Jakarta - Sulit bikin bakso karena daging sapi menghilang di pasar, berjualan mi ayam pun jadi. Itulah siasat Sunarto, penjual bakso di sekitar Pasar Kiaracondong, Bandung, agar kualinya tetap mengebul.
Sejak harga daging sapi naik, ia mengecilkan ukuran bakso daging buatannya, supaya harga jualnya tetap kepada pembeli. Stok baksonya dari pembelian daging sapi hanya tinggal untuk hari ini. “Kemarin masih bisa beli hanya 2 kilo sebelum pada mogok jualan,” kata Sunarto, Ahad, 9 Agustus 2015.
Daging sapi itu harus ia beli seharga Rp 115 ribu per kilogram. Biasanya, saat harga daging sapi normal, ia membayarnya Rp 93-95 ribu per kilogram.
Sehari-hari, ia membutuhkan 1,5 kilogram daging sapi untuk baksonya. Saat penjual daging langganannya di Pasar Kiaracondong mogok berjualan hingga Rabu mendatang, ia akan beralih berjualan mi ayam. “Penghasilan kotor Rp 150 ribu per hari. Mudah-mudahan bisa sama saat berjualan mi ayam,” ujar Sunarto.
Afrinal, pedagang daging sapi, menuturkan pelanggannya yang berjualan di warung nasi Padang umumnya mengurangi jumlah pembelian daging. “Harga mahal, pembelian juga berkurang,” ucapnya.
Pedagang warung nasi Padang, Andi, mengaku harus menaikkan harga daging rendang kepada pelanggannya. Pilihan itu diambilnya karena harga bahan pangan, seperti bumbu masakan, dinilainya mahal.
Untuk beberapa hari ini, kemungkinan menu daging, di antaranya rendang, bakal menghilang. Alasannya, ia hanya bisa mendapatkan 4 kilogram dari pesanan 7 kilogram daging sapi pada Sabtu kemarin sebelum para pedagang di pasar mogok berjualan hingga Rabu mendatang.
ANWAR SISWADI