TEMPO.CO, Bandung - Asosiasi Pengusaha Daging dan Sapi Potong Indonesia (APDASI) Kota Bandung melakukan aksi mogok berjualan dari pukul 12.00, Sabtu, 8 Agustus, hingga pukul 12.00, Rabu, 12 Agustus 2015.
Seksi Hukum dan Advokasi APDASI Kota Bandung Atep Aminudin mengatakan pemogokan itu merupakan bentuk keberatan terhadap pemerintah yang dengan seenaknya membatasi kuota daging impor. "Kami menuntut pemerintah agar mempertimbangkan hal itu," kata Atep saat dihubungi Tempo, Sabtu, 8 Agustus 2015.
Menurut Atep, kuota daging sapi impor mengalami penurunan yang cukup drastis tiap kuartal. Untuk kuartal pertama dan kedua, kuota sapi impor berada pada kisaran 250 ribu ekor per triwulan. Namun, untuk kuartal ketiga, pemerintah membatasi kuota hanya 50 ribu ekor.
Atep menambahkan, pembatasan kuota itu menyebabkan harga daging sapi melambung. Tingginya harga tentu berdampak pada pedagang karena minat pembeli berkurang.
"Kuota impor sapi dari Australia sangat dibatasi sehingga menyebabkan harga melambung tinggi dan mencari sapi lokal juga susah sekali," ucap Atep. Menurut dia, APDASI menuntut pemerintah lebih bijak dalam penentuan kuota.
Atep mengatakan konsumen banyak yang beralih membeli daging ayam sejak harga daging sapi melambung. "Kalau harga semakin melambung, masyarakat menengah ke bawah tidak bisa lagi menikmati daging sapi," katanya.
Jejen Zaenal Muttaqin, pedagang daging sapi di Pasar Coroyom, Bandung, mengatakan daya beli konsumen semakin menurun akibat harga daging sapi yang semakin mahal. Ini berpengaruh terhadap omzet penjualan. "Sehari biasanya 1 kuintal, sekarang 50 kilogram saja sudah untung," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan lonjakan harga daging sapi bukan hanya karena faktor pembatasan kuota. "Harga daging sapi pasca-Lebaran yang mencapai Rp 120-130 ribu hingga saat ini belum juga turun," tuturnya.
Untuk itu, menurut Eli, pihaknya akan menggelar operasi pasar guna menekan harga.
AMINUDIN