TEMPO.CO, Jakarta - Puncak Carstenz di Pegunungan Jaya Wijaya, Papua, adalah salah satu dari tujuh puncak gunung tertinggi di dunia, atau lebih dikenal dengan seven summit. Menaklukkan puncak setinggi 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini menjadi impian para pendaki gunung di seluruh dunia.
Impian ternyata tak mengenal orang. Mendaki puncak Carstenz juga menjadi angan seorang tuna daksa yang juga pendaki gunung bernama Sabar, atau lebih dikenal dengan nama Sabar Gorky.
Pria kelahiran Solo 47 tahun yang lalu ini turut berpartisipasi dalam ekspedisi pendakian Puncak Carstenz yang dimulai pada 9 Agustus. Bersama 35 anggota tim yang diinisiasi korps Marinir Angkatan Laut, jalan Sabar untuk lebih dekat dengan mimpinya akhirnya terbuka.
Kaki Sabar diamputasi 16 tahun yang lalu karena kecelakaan. Saat itu mental Sabar sempat jatuh karena membayangkan hidup yang tidak sama seperti sebelumnya.
Namun, berkat semangat dari Lenie Indria, istrinya, Sabar bangkit kembali. Kegiatan panjat tebing dan mendaki gunung yang biasa dilakukannya dahulu dimulai kembali hanya dengan kaki kiri. Bahkan, aktivitas bersepeda dilakoni Sabar menjadi lebih sering, yakni 20 kilometer setiap hari.
Meski berbekal satu kaki, pengalaman sabar tidak bisa dianggap enteng. Dia sudah menaklukkan puncak Gunung Elbrus di Rusia setinggi 5.642 meter dari permukaan laut dan Gunung Kilimanjaro setinggi 5.895 meter dari permukaan laut di Tanzania pada 2011 hanya dalam waktu empat bulan.
Ekspedisi gunung itu berbuah manis. Kini Sabar dapat julukan baru, yakni Gorky. Panggilan itu didapatnya dari komunitas pendaki Rusia yang kagum dengan tekad Sabar. Gorky adalah bahasa Rusia yang berarti 'keras'.
Julukan yang sama pernah didapat sastrawan rusia Alexey Maximovich Peshkov yang dikenal dengan nama Maim Gorky. "Karena walaupun saya 'kurang', semangat saya tidak pernah kurang," ujar Sabar.
Kala absen mendaki, Sabar tetap sibuk menafkahi keluarganya dengan berwirausaha di rumahnya di Solo. Dia juga aktif di berbagai komunitas pencinta gunung dan kerap ditunjuk menjadi pembicara seminar terkait disabilitas.
ROBBY IRFANY