TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan sudah melayangkan surat kepada Kementerian Pertanian meminta hujan buatan. “Kementerian menelepon kami, memungkinkan anggarannya ada untuk melaksanakan program hujan buatan. Saya langsung memanfaatkan itu,” kata dia di Bandung, Kamis, 6 Agustus 2015.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan, mengatakan program hujan buatan itu baru bisa dilaksanakan kalau ada permintaan daerah. Menurut dia, Kementerian Pertanian memberi tahu secara lisan. Aher pun langsung meresponsnya dengan membuat surat kesiapan Jawa Barat untuk ikut serta program hujan buatan. “Tinggal kami nunggu jawaban. Kapan penjadwalan dan secara teknis seperti apa, para ahli yang tahu,” kata dia.
Aher mengatakan, sejumlah daerah yang terkena imbas kekeringan saat ini membutuhkan hujan buatan. Beberapa daerah yang sangat memerlukan hujan adalah Subang, Indramayu, dan Sukabumi. "Itu yang paling mengalami kekeringan di antara daerah yang lain. Mudah-mudahan bisa dilaksanakan di semua daerah,” kata Aher.
Aher menambahkan, sejumlah cara dilakukan mengantisipasi kekurangan air di musim kemarau ini. Selain hujan buatan, pemerintah provinsi juga menyarankan warga melakukan salat meminta hujan. “Cara lahiriah kami lakukan, cara batiniah juga kami lakukan,” kata dia.
Salat meminta hujan atau salat istisqo itu diselenggarakan Aher di kantornya pada akhir Juli 2015. Aher memimpin salat itu diikuti puluhan pegawai pemerintah provinsi kantornya di Gedung Sate, Bandung. Dia juga meminta semua daerah menggelar salat yang dimaksudkan meminta hujan turun.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat Diden Trisnadi mengatakan hujan buatan itu di antaranya untuk menambah debit sejumlah bendungan yang menjadi sumber irigasi. “Kalau waduk Cirata dan Jatiluhur debitnya lumayan. Yang berat itu di Saguling,” kata dia di Bandung, Kamis, 6 Agustus 2015.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Bandung, Muhamad Iid Mujtahiddin, mengatakan hujan buatan memungkinkan untuk dilakukan di wilayah Jawa Barat. “Ada peluang terjadinya pembentukan awan karena suhu muka air di selatan Jawa Barat cenderung hangat, tapi untuk kondisi angin relatif kencang,” kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis, 6 Agustus 2015.
Iid menjelaskan, ada dua kondisi yang dibutuhkan untuk melakukan modifikasi cuaca yakni pembentukan awan dan angin yang relatif tenang. “Kalau anginnya terlalu kencang akan menguraikan air kembali di awan-awan itu. Perlu kondisi angin yang relatif lebih kalem,” katanya.
AHMAD FIKRI