TEMPO.CO, Bandung - Sekretaris Utama Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jenderal Polisi Nicolas Eko Riwayanto mengatakan, pertumbuhan prevalensi pengguna narkotika di Jawa Barat turun. “Antara 2008-2011 peningkatannya 0,6 persen, hasil penelitian tahun 2011 sampai 2014 itu setiap tahunnya turun, peningkatannya hanya 0,1 persen,” kata dia di sela pelantikan Kepala BNN Jawa Barat di Bandung, Rabu, 5 Agustus 2015.
Eko mengatakan, prevalensi itu merupakan perbandingan antara penyalahguna narkotika dengan jumlah penduduk dalam rentang umur 10 tahun sampai 50 tahun. “Pada umumnya provinsi lain relatif stabil atau naik, tapi di sini bisa menahan. Tolak ukur keberhasilan itu menahannya,” kata dia.
Daerah dengan pengguna narkotika terbesar masih DKI. Sementara Jawa Barat masuk rangking lima besar. “Tapi prevalensi DKI juga sudah turun,” kata Eko.
Eko mengatakan, secara nasional jenis narkotika yang paling banyak dikonsumsi jenis ekstasi atau ATS (Amphetamin Type Stimulant), disusul sabu. “Seluruh dunia trennya begitu, ekstasi nomor satu,” kata dia.
Dua kelompok pengguna narkotika yang dominan saat ini adalah pekerja serta pelajar. “Hasil penelitian menunjukkan 22 persen dari prevalensi itu pelajar, dan 70 persen itu pekerja. Ini menunjukkan bahwa setelah bekerja mereka banyak yang terkena narkotika. Mungkin mereka tidak punya kemampuan manajemen stres,” kata Eko.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, dibutuhkan kerjasama semua pihak untuk menekan jumlah pengguna narkotika. Salah satu strategi yang dipersiapkan pemerintah provinsi, dengan pelibatan aktif keluarga. “Kita sedang melancarkan konsep pengasuhan anak berbasis masyarkat. Dengan cara masyarakat dilibatkan untuk mengawasi anak, selain anak biologisnya,” kata dia, Rabu, 5 Agustus 2015.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan, mengatakan, ketahanan keluarga menjadi strategi untuk menahan penyalahgunaan narkoba, bekerjasama dengan lembaga pendidikan. “Adapun pemberantasan, titik beratnya di BNN dengan mencegah masuknya narkotika di Jawa Barat,” kata dia. “Ini jaringan kejahatannya terlalu kuat. Kita sebagai masyarakat harus kuat mehan itu.”
Gubernur Ahmad Heryawan melantik Kepala BNN Jawa Barat yang baru, Brigadir Jenderal Polisi Iskandar Ibrahim menggantikan pejabat sebelumnya Anang Pratanto. Menurut Iskandar, angka previlensi pengguna narkotika di Jawa Barat tercatat 2,4 persen, masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang hanya 2,18 persen.
Iskandar mengatakan, kecenderungan terus bertambahnya penyalahguna narkoba menjadi ancaman serius. Diperkirakan saat ini terdapat lebih 100 ribu orang di seluruh Indoensia yang harus direhabilitasi. Di Jawa Barat diperkirakan jumlahnya mencapai lebih dari 9.500 orang. “Sampai Juli 2015, total yang sudah menjalani rehabilitasi di Jawa Barat sudah 2.572 orang, atau 27 persennya,” kata dia.
AHMAD FIKRI