TEMPO.CO, Jakarta - Kautsar Mustofa Uzmut, anak perempuan Gus Mus atau KH Mustofa Bisri, tak tega melihat ayahnya berlinang air mata saat berbicara di hadapan peserta Muktamar Nahdlatul Ulama,ke-33 di Jombang. Dalam status Facebook-nya, Kautsar menceritakan betapa gusarnya Gus Mus, panggilan akrab Mustofa Bisri, saat terpaksa menggantikan posisi almarhum KH Sahal sebagai Rais Aam atau pemimpin tertinggi NU. (Baca: Tangisan Gus Mus di Muktamar: Kalau Perlu Saya Cium Kaki Kalian)
"Saya tahu betapa marah dan terpukulnya beliau ketika para pengurus besar NU yang di awal beliau memangku jabatan mengaku akan tunduk ternyata mengabaikan dawuh-dawuh beliau. Kasihanilah orang tua saya...," kata Kautsar, Selasa, 4 Agustus 2015. (Baca: Muktamar NU, Emosi pun Terkendali Begitu Sholawat Nabi Berkumandang)
Menurut Kautsar, ia sempat bangga ketika Gus Mus, ayahnya menyampaikan khotbah iftitah di hadapan ribuan muktamirin. Namun perasaan itu berubah ketika ayahnya menangis. "Saya lihat beliau berhari-hari mengelus dada setiap kali mendapat laporan tentang umat yang dipimpinnya. Bahkan, saya ingat beliau ingin mengundurkan diri saat para pengurus NU di bawah pimpinannya bukan membantu beliau mengayomi umat, tapi justru sibuk menjadi tim sukses calon presiden yang berbeda," kata dia.
"Belum lagi hujatan dan fitnahan tentang beliau oleh orang-orang yang mengaku warga NU di media sosial. Kejam luar biasa," putri Gus Mus menulis. Kalau boleh meminta, kata Kautsar, ia ingin Gus Mus pensiun dan beristirahat. "Cukuplah beliau menjadi abah, mbahkung, dan pengasuh pondok saja. Tidak dibebani dengan masalah ormas dan persoalan umat yang semakin tak karuan ini," ujarnya.
Senin kemarin Gus Mus hadir di arena muktamar untuk meredakan konflik yang tengah berlangsung. Dengan berurai air mata di atas panggung, Gus Mus, pemimpin Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Rembang ini mengambil alih tanggung jawab atas kekisruhan muktamar yang terjadi. "Saya sejak semalam belum tidur. Bukan apa-apa, saya memikirkan Anda sekalian," kata Gus Mus sambil terisak. (Baca: Ini Pidato Lengkap Gus Mus di Muktamar NU)
Suasana ruang sidang --yang sempat ricuh karena pembahasan tata tertib--pun berubah hening. "Saya ingin mengembalikan akhlak Kiai Hasyim Ashari yang mulai ditinggalkan. Di sini NU didirikan, apa kita mau meruntuhkannya di sini juga?" ujar Gus Mus.
Baca Juga:
INDRI MAULIDAR