TEMPO.CO, Gunungkidul - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan Kabupaten Gunungkidul masih menjadi daerah dengan kekeringan paling parah sepanjang musim kemarau yang sudah masuk Mei hingga Juli lalu. “Dan di wilayah Gunungkidul yang paling ekstrem terdampak kekeringan berada di Kecamatan Tepus,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Teguh Prasetyo kepada Tempo, Jumat, 31 Juli 2015.
Kecamatan Tepus dianggap paling parah mengalami kekeringan karena sudah lebih dari 60 hari, di daerah tersebut tidak turun hujan. Waduk-waduk dan sungai terpantau mulai mengalami pendangkalan dan warga sangat kesulitan mendapatkan air bersih.
Tepus merupakan wilayah paling selatan Gunungkidul yang langsung menghadap laut selatan. Selain Tepus, kecamatan lain di Gunungkidul yang juga akan mengalami kekeringan parah, menurut BMKG adalah Kecamatan Girisubo, Tanjungsari, dan Saptosari.
Berdasarkan data tersebut, Teguh meminta pemerintah kabupaten untuk mulai fokus menyediakan air bersih. Terutama untuk membantu daerah yang mengalami kekeringan dan belum didukung infrastruktur penyedia air bersih. “Sebab di daerah paling kering ini juga berpotensi membawa penyakit kemarau bagi warga, terutama yang menyerang pernapasan,” ujarnya.
Camat Tepus Gunungkidul Sukamto kepada Tempo mengatakan jika sejak sebulan terakhir seluruh telaga dan sungai di daerahnya sudah mengering. Pihak kecamatan dan Dinas Sosial juga mulai mengirimkan pengedropan air bersih dalam jumlah besar kepada warga di lima desa. “Setiap hari kami drop air delapan tangki, untuk seluruh desa,” ujar Sukamto.
Sukamto mengatakan belum mengajukan bantuan air bersih ke provinsi karena masih memiliki stok untuk sekitar sebulan ke depan. “Tapi kalau pemerintah DIY mau mengirimkan kami siap menerima sebagai tambahan stok,” ujarnya.
Adapun untuk daerah lain di Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut Teguh, rata-rata baru antara 40-50 hari tidak turun hujan. “Namun sebagian daerah itu sudah didukung saluran air,” ujar Teguh.
PRIBADI WICAKSONO