TEMPO.CO , Makassar :Mata Muhammad Fitriady berfokus pada sepatu pria hitam yang dipegangnya. Pemuda berusia 24 tahun ini menggosok sepatu itu inci demi inci dengan bermodalkan sikat dan cairan khusus. Gerainya, yang terdiri atas meja, bangku, dan peralatan untuk membersihkan sepatu, turut mejeng dalam acara Popcycle, 25-26 Juli 2014, di Resto Hade, Jalan Lamadukelleng, Makassar.
Selama sembilan bulan belakangan, aktivitas Ady akrab dengan kebersihan sepatu. Bersama dua kawannya, Vidya Meisyal dan Faisal Jannuar, mereka memulai bisnis membersihkan sepatu.
“Kami bertiga punya hobi sama, yakni mengoleksi sepatu. Tapi di Makassar, kami tak menemukan jasa cuci sepatu. Jadi kami berinisiatif mendirikannya,” tutur Ady, yang ditemui di lokasi Popcycle, Sabtu lalu, kepada Tempo.
Tak hanya sepatu, tiga sekawan ini sama-sama memiliki hobi berolahraga lari. “Setiap Minggu, kami lari bersama. Setelah lari, kami biasanya bersih-bersih sepatu. Dari kegiatan ini, muncul ide untuk bikin usaha,” tutur Vidya, gadis berusia 25 tahun yang akrab disapa Dio.
Ketiga anak muda ini bukan pakar sepatu. Ady dan Dio adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, sedangkan Faisal dari Jurusan Manajemen Bisnis STT Telkom Bandung. Sebelum membuka usaha, mereka melakukan survei ke Jakarta, tepatnya usaha-usaha laundry sepatu.
Dalam hal teknis mencuci sepatu, mereka belajar secara otodidak, seperti membaca, mencari informasi di Internet, dan melihat video di YouTube. “Biasanya kami coba dulu ke sepatu sendiri. Kalau berhasil, kami terapkan ke pelanggan,” ujar Dio.
Usaha mereka bernama Shoe Shine, yang berdiri pada Oktober 2014. Slogan Shoe Shine adalah “Play Dirty, Stay Shiny”. Menurut Dio, hal yang mendukung mereka saat memulai bisnis ini adalah niat, modal, dan kerja sama. Modal awal mereka berkisar Rp 10 juta.