TEMPO.CO, Bondowoso - Gempa tremor yang terpantau melalui seismograf Pos Pengamatan Gunung Api Raung dilaporkan cenderung meningkat dalam 12 jam terakhir. Laporan terakhir yang diterima Tempo, Senin, 27 Juli 2015, kegempaan tremor masih berlanjut dengan amplitudo 5-32 milimeter dan dominan di angka 30 milimeter.
Data tersebut merupakan laporan hasil pengamatan pada pukul 06.00 hingga 12.00. Terjadi peningkatan tremor berdasarkan data laporan hasil pengamatan selama enam jam sebelumnya pada pukul 00.00 hingga 06.00 dengan amplitudo 6-32 milimeter dan dominan di angka 29 milimeter.
Berdasarkan data yang diterima, sejak Sabtu akhir pekan kemarin, kegempaan tremor juga menerus dengan angka dominan 29 milimeter. Pada Minggu kemarin, 26 Juli 2015, kegempaan tremor juga masih menerus dengan angka dominan 29 milimeter. Pada Sabtu akhir pekan kemarin bahkan tercatat satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 32 milimeter. Kendati demikian, status aktivitas Gunung Raung masih tetap di level siaga.
Peneliti dan penjelajah gunung api asal Indonesia, Aris Yanto, mengatakan angka yang tercatat dalam seismograf tersebut merupakan ukuran kekuatan tekanan dari bawah kawah Gunung Raung.
"Sudah over scale sebenarnya," kata Aris, yang sempat mendokumentasikan aktivitas erupsi di kaldera Raung dari bibir kawah Raung pada 7 Juli 2015.
Menurut Aris, seharusnya ada seismograf yang bisa mengukur hingga 62 milimeter. "Seismograf yang ada hanya sampai 32 milimeter," ujarnya, Senin, 27 Juli 2015.
Aris mengatakan saat ini juga sudah muncul lubang magma yang baru serta terbentuk juga sungai lava (lava river) di dasar kaldera Raung. Dia juga mengatakan erupsi yang terjadi saat ini merupakan hal yang baik. "Jika tremor masih menerus berarti masih ada tekanan dari dalam kawah Raung. Bisa jadi nanti akan terus menurun tremornya," ujar Aris yang sudah mengamati gunung api baik di dalam negeri maupun di luar negeri ini.
Tremor menerus yang masih terjadi pada aktivitas vulkanik Gunung Raung, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, karena pergerakan fluida atau magma encer dari bawah kawah Gunung Raung.
DAVID PRIYASIDHARTA