TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, Jimmy Paat, mempertanyakan rencana Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M. Nasir. Menteri Nasir berencana melibatkan Tentara Nasional Indonesia dalam kegiatan orientasi penerimaan mahasiswa baru atau ospek.
"Menurut saya, itu keliru besar. Apa landasannya?" ujar Jimmy saat dihubungi, Senin, 27 Juli 2015.
Sebelumnya, Nasir mengatakan telah meminta kepada Panglima TNI agar tentara di daerah bekerja sama dengan rektor perguruan tinggi dalam pelaksanaan ospek. Alasan Nasir, para tentara bisa berbagi wawasan kebangsaan dan rasa membela negara dengan para mahasiswa.
Menurut Jimmy, pelajaran membela negara tak harus diberikan kepada mahasiswa oleh tentara. Wawasan tersebut, kata dia, sudah diberikan oleh pengajar di perguruan tinggi melalui materi perkuliahan. "Bukankah tujuan semua lembaga pendidikan adalah melahirkan anak-anak yang cinta Indonesia?" ucap Jimmy.
Pendapat serupa diamini oleh anggota Dewan Federasi Serikat Guru Indonesia, Donie Koeseoma Albertus. Menurut Donie, tentara tak relevan untuk dilibatkan dalam ospek. "Masalah mahasiswa kita bukan fisik yang kurang kuat, kalau tentara kan main otot," kata Donie.
Donie mengatakan materi ospek harusnya yang berkaitan dengan dunia kampus. Misalnya, mengenalkan kegiatan kampus dan berbagai organisasi di kampus.
Aparat seperti kepolisian dan tentara, ujar Donie, dapat juga dilibatkan dalam ospek, tapi hanya untuk sesi tertentu yang waktunya dibatasi. Polisi, misalnya, dapat diundang ke kampus untuk memberi tahu perihal prosedur keamanan di kampus. "Misal, bagaimana cara lapor polisi bila di kampus terjadi apa-apa pada mahasiswa saat malam hari," tutur Donie.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA