TEMPO.CO, Bandung - Relawan dan aktivis pendidikan di Kota Bandung akan memantau masa orientasi sekolah di awal tahun ajaran baru yang dimulai Senin, 27 Juli 2015. Sejak pagi sebelum siswa masuk sekolah, mereka akan berkeliling memantau ada tidaknya perpeloncoan, terutama di Sekolah Menengah Pertama, Atas, dan Kejuruan.
Aktivis pendidikan dari Forum Orang Tua Siswa Dwi Subawanto mengatakan para relawan akan memantau beberapa sekolah di pusat hingga pinggiran kota. Mereka telah mengantongi nama sejumlah sekolah di Bandung yang biasanya menerapkan perpeloncoan. "Seperti siswa baru dibentak-bentak seniornya, sampai kekerasan psikis dan fisik," ujarnya, Ahad, 26 Juli 2015.
Pemantau yang melihat senior menempeleng siswa baru, misalnya, akan langsung bertindak. Jika setelah diperingati senior itu tetap melakukan tindak kekerasan, pemantau akan mencatat dan menggugat pidana. "Kami juga laporkan ke sekolah. Dinas Pendidikan atau Wali Kota kami desak untuk menghentikan perpeloncoan," ujarnya.
Menurut Dwi, pelaku tindak kekerasan dari perpeloncoan ke siswa baru bisa diberi sanksi sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak. "Tidak hanya fisik, intimidasi psikis juga kekerasan pada anak," ujarnya. Bersama kelompok aktivitas pendidikan lain, mereka membuka layanan pengaduan orang tua yang anaknya menjadi korban perpeloncoan.
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 13 Bandung Anne Sukmawati mengatakan pihaknya menjamin tidak ada perpeloncoan dari senior ke siswa baru. Selain akan mengenalkan siswa baru dengan lingkungan sekolah dan pelajaran, sekolah mengenalkan disiplin ketat bagi para calon analis kimia tersebut. "Kalau disiplin dilanggar, bisa bahaya karena siswa berhadapan dengan zat kimia," ujarnya.
Belajar disiplin itu seperti makan bekal dari rumah dalam 15 atau 20 menit. Jika dilanggar, siswa baru bisa diberi sanksi berupa teguran hingga olahraga, seperti push-up 10 kali atau lari keliling lapangan sekolah 1-2 putaran. "Sanksinya yang mendidik. Hukuman olahraga itu juga agar siswa sehat," ujarnya.
ANWAR SISWADI