TEMPO.CO, Sleman - Pada musim kemarau ada beberapa wilayah di Sleman yang sudah mulai kekeringan. Namun sumber mata air di lereng Merapi justru masih melimpah, terutama dari Umbul Wadon dan Umbul Lanang di hulu Kali Kuning, Cangringan.
Khusus wilayah yang dilanda kekeringan, pemerintah daerah telah menyiapkan air dengan truk tangki sebanyak 110 tangki. Jika masyarakat meminta, air akan didistribusikan segera. Selain itu, jika ada pihak swasta yang ingin membantu air untuk masyarakat juga dipersilakan.
"Sumber mata air di lereng Gunung Merapi terpantau aman," kata Kepala Bidang Penyediaan Dana Pembinaan Sumber Daya Air Dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral (SDAEM) Sleman Warsono, Minggu, 26 Juli 2015.
Ia mengatakan debit air untuk kebutuhan air bersih dan pengairan sawah itu masih 560 liter per detik. Jika sedang deras, debit air umbul itu mencapai 7.000 liter per detik. Namun debit airnya juga pernah berkurang hingga 450 liter.
Selain dua umbul andalan warga Sleman dan Kota Yogyakarta itu juga masih banyak sumber air. Namun debitnya sangat sedikit, yaitu 10 sampai 30 liter per detik. Di Sleman juga masih ada 24 embung untuk menyimpan air yang debit airnya masih memadai.
Meski demikian, untuk mengantisipasi puncak musim kemarau antara Agustus hingga September, masyarakat diimbau untuk menghemat air. Wilayah yang sudah mulai merasakan kekeringan adalah beberapa dusun di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, yaitu di Dusun Majasem, Dusun Grogol, dan Dusun Bleber.
Menurut Kepala Seksi Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman Saiful Bahri, air akan didistribusikan bertahap sesuai kebutuhan masyarakat. Satu tangki air dianggarkan sebesar Rp 130 ribu. "Pendistribusian sesuai permintaan masyarakat," kata dia.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Surono mengatakan di musim kemarau, air di sumber mata air lereng Merapi keluar banyak karena tidak ada air permukaan yang menghambatnya keluar dari perut bumi.
M. SYAIFULLAH