TEMPO.CO, Pekanbaru - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika stasiun Pekanbaru menyebut satelit Tera dan Aqua memantau peningkatan jumlah titik panas di Sumatera mencapai 286 titik yang diindikasikan sebagai kebakaran hutan dan lahan. Sebanyak 104 di antaranya berada di wilayah Riau. "Titik panas tersebut pantauan satelit pukul 16.00 sore ini," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin, Sabtu, 25 Juli 2015.
Menurut Sugarin, Riau merupakan penyumbang titik panas paling banyak dari provinsi lainnya. Adapun penyebaran titik api hampir merata di setiap kabupaten dan kota, yakni Pelalawan 40 titik, Kampar 15 titik, Indragiri Hulu 12 titik, Bengkalis 10 titik, Indragiri Hilir delapan titik, Rokan Hilir lima titik, Dumai lima titik, Kuantan Singingi empat titik, Siak tiga titik, dan Rokan Hulu dua titik. "Tingkat kepercayaan di atas 70 persen atau 54 titik panas," ujarnya.
Secara umum kondisi cuaca di wilayah Riau cerah berawan disertai kabut asap tipis pada pagi dan malam hari. "Peluang hujan ringan tidak merata di wilayah Riau bagian utara, barat, dan pesisir timur," ujarnya.
Kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan membuat jarak pandang di beberapa wilayah terbatas, seperti Pekanbaru 5 kilometer, Dumai 10 kilometer, Rengat 8 kilometer, dan Pelalawan 8 kilometer. "Standar pencemaran udara dalam kategori sedang," katanya.
Komandan Satgas Pemadaman Darat Brigadir Jenderal Nurendi geram kebakaran hutan dan lahan terus terjadi di Riau. Dia kesal dengan ulah pembakar lahan yang sangat tidak bertanggung jawab. Akibat ulah para pembakar, Riau kembali dikepung asap pekat. "Petugas berjibaku padamkan api, pembakarnya mungkin saja lagi enak-enakan minum kopi di rumah," kata Nurendi saat memimpin apel Satgas Pemadam di halaman Kantor Camat Payung Sekaki.
Menurut Nurendi, pencegahan kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat sebenarnya sudah maksimal dilakukan. Imbauan maupun sosialisasi ihwal dampak kebakaran lahan sudah dilakukan jauh hari.
Namun, kata Nurendi, masih ada saja masyarakat yang tidak paham. Cuaca panas yang melanda Riau masih dimanfaatkan warga untuk membersihkan lahan dengan cara membakar. Walhasil Riau terus dikepung asap. Warga seolah tidak paham dampak kabut asap sangat buruk bagi kesehatan masyarakat. "Dampak buruk asap bagi generasi muda di 15 tahun ke depan bakal bakal dirasakan. Asap akan merusak jaringan otak," katanya.
Kebakaran lahan tidak hanya terjadi di pelosok Riau. Di tengah Kota Pekanbaru, api melahap 2 hektar lahan gambut di Jalan Fajar, Kecamatan Payung Sekaki. Sebanyak 200 personel, baik dari tentara, polisi, Manggala Agni, maupun Satpol PP dikerahkan berjibaku padamkan api di wilayah Pekanbaru.
Selain itu, kata dia, pemadaman lewat udara di beberapa daerah terus dilakukan dengan helikopter waterbombing serta teknik modifikasi cuaca hujan buatan. "Satu pesawat bantuan jenis Sikorsky bakal digeser ke Riau," katanya.
RIYAN NOFITRA