TEMPO.CO, Pamekasan - Warga Dusun Sumber Anyar, Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, dilanda krisis air bersih. Nasihah, warga Sumber Anyar, mengaku terpaksa mengais tampungan air untuk menyiram tanaman di sawahnya.
"Air di sumur desa masih ada, tapi antrenya lama, terpaksa ngambil di sawah," katanya, Sabtu, 25 Juli 2015.
Dia berharap, akhir Juli atau awal Agustus mendatang, hujan sudah turun. Sebab, jika musim kemarau lebih lama, sumur-sumur di Dusun Sumber Anyar akan mengering, sehingga krisis air bersih bertambah parah. "Biasanya, pada bulan Juli, hujan turun, tapi sampai sekarang belum," ucapnya.
Dalam peta kekeringan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pamekasan, Dusun Sumber Anyar termasuk daerah langganan krisis air bersih. Tapi Nasihah menyayangkan belum adanya upaya apa pun dari pemerintah untuk mengatasi masalah air bersih di desanya. "Tahun lalu, kami dapat dropping air bersih bantuan wartawan, bukan pemerintah," ujarnya.
Kepala BPBD Pamekasan Akmalul Firdaus menuturkan ada 200 dusun di sepuluh kecamatan yang diperkirakan akan mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau panjang tahun ini. "Statusnya masih rawan," katanya.
Agar kebutuhan air bersih di desa rawan kekeringan tetap terpenuhi, ucap Akmalul, pihaknya hanya mengandalkan bantuan dropping air bersih. "Kami sudah bekerja sama dengan PDAM," ujarnya. Akmal memperkirakan musim kemarau di Pamekasan akan dimulai Agustus hingga Oktober mendatang.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pamekasan Muharram menuturkan sebenarnya Pemerintah Kabupaten Pamekasan telah mengalokasikan anggaran Rp 5,1 miliar untuk program bantuan sumur bor di daerah rawan kekeringan.
Sayangnya, kata dia, program yang telah dicanangkan pada 2014 itu hingga kini proses lelangnya belum terlaksana karena berbagai kendala, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak beberapa waktu lalu. "Mudah-mudahan akhir tahun ini sudah terlaksana," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI