TEMPO.CO, Purwakarta - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengajak para pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas menggunakan tas daur ulang hasil kreativitas sendiri. "Bahannya dari plastik bekas bungkus makanan dan karung terigu," kata Dedi kepada Tempo, Sabtu, 25 Juli 2015.
Dedi tak menyangka ajakannya tersebut akan direspons cepat oleh para pelajar. Ketika Dedi memantau pelaksanaan masa bimbingan di SMPN 7, kata dia, semua siswa memakai tas daur ulang.
Menurut bupati yang sehari-hari lekat dengan pakaian khas Sunda itu, ia telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015 tentang Pendidikan Berkarakter. Beleid tersebut dikeluarkan buat membentengi anak-anak dari pengaruh konsumerisme dan modernitas.
Salah satu isi peraturan itu yakni larangan menggunakan tas sekolah dari berbagai produk dan jenis, termasuk buatan luar negeri, dengan harga beli tinggi yang saat ini banyak dipakai anak-anak sekolah. "Kebiasaan tersebut sangat tidak baik buat pendidikan karakter anak-anak. Sebab secara tidak langsung anak-anak sudah dididik menjadi penganut konsumerisme sejak dini," ucap Dedi. "Jadi, kebiasaan itu harus dihentikan."
Ajakan menggunakan tas daur ulang bagi anak-anak sekolah, Dedi mengatakan, secara otomatis akan meningkatkan daya kreativitas dan semangat mereka serta orang tua mereka, terutama ibunya. "Seorang ibu pasti akan membimbing anaknya dalam menyokong kreativitas pembuatan tas daur ulang ketimbang nonton sinetron di televisi," ujar Dedi.
Pelajar kelas VII SMPN 7 Purwakarta, Ananda, mengatakan senang menggunakan tas daur ulang hasil kreativitasnya sendiri. "Tasnya lebih enteng dan nyentrik," katanya sambil tertawa. Ia mengaku membuat tas daur ulang itu karena diwajibkan sekolah atas perintah Bupati Dedi.
Mendaur ulang bekas kantung terigu untuk dijadikan tas sekolah yang keren, kata Ananda, tidak memerlukan biaya besar. "Modalnya cukup Rp 25 ribu," tuturnya. Ia menyatakan tak malu memakainya karena semua temannya pun kini memakai tas berbahan sama.
NANANG SUTISNA