TEMPO.CO, Serang - Dalam kaitan dengan insiden yang terjadi di Tolikara, Papua, pada 1 Syawal 1436 Hijriah, Jumat pekan lalu, Komando Resor Militer 064/Maulana Yusuf, Serang, Banten, mengumpulkan ratusan anggota organisasi kemasyarakatan berbasis Islam dan pemuka agama di Banten serta pengurus Huria Kristen Batak Protestan Serang dan PGD Wilayah Serang, Jumat siang, 24 Juli 2015. Mereka diajak mendeklarasikan pernyataan sikap bersama untuk mencegah terjadinya konflik antar-umat agama, yang dikhawatirkan timbul sebagai dampak insiden di Tolikara.
Dalam deklarasi itu, para pemuka agama di Banten menyatakan siap menjaga kerukunan antar-umat agama di wilayah Banten pasca-insiden Tolikara. Deklarasi tersebut dibuat untuk mendukung kerukunan antar-umat agama khususnya di Banten agar tidak terjadi aksi radikal atau serangan balasan atas insiden yang dialami umat Islam di Tolikara, Papua.
Dalam deklarasi yang dibacakan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Banten Suparman Usman, perwakilan para pengurus umat agama di Banten menyatakan sikap untuk bersama menjaga kerukunan antar-umat agama. Adapun FKUB Banten mengimbau pimpinan umat agama agar menahan diri dan tidak terprovokasi oleh oknum tertentu dengan melakukan aksi balasan atas peristiwa Tolikara. Suparman Usman mengatakan deklarasi menolak konflik antar-umat agama ini akan ditindaklanjuti pengurus kelompok agama sampai tingkat bawah.
Sementara itu, menanggapi beredarnya kabar bahwa sejumlah ormas Islam di Banten akan berangkat ke Papua untuk melakukan jihad, Komandan Korem 064/Maulana Kolonel Kavaleri Ana Supriatna mengimbau ormas tersebut agar menahan diri.
Ana Supriatna mengatakan telah menginstruksikan jajarannya untuk mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi insiden Tolikara. Menurut dia, meski polisi telah menangkap dua pelaku yang dianggap bertanggung jawab atas penyerangan di Tolikara, ada kekhawatiran terjadi aksi balasan yang justru hanya akan memperkeruh suasana.
Baca Juga:
DARMA WIJAYA
VIDEO: