TEMPO.CO, Jakarta - Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) tidak terlibat dalam pemblokiran jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa di Jalan Raya Kudus-Pati Kilometer 6 pada Kamis, 23 Juli 2015.
Aksi yang diikuti ratusan warga yang memprotes rencana pembangunan pabrik semen oleh anak perusahaan PT Indocement itu membuat lalu lintas kendaraan dari Surabaya menuju Jakarta dan sebaliknya lumpuh total.
Baca Juga:
"Kami mengutamakan cara-cara damai dalam mengadakan berbagai aksi penyelamatan lingkungan. Kami memohon maaf kepada semua pihak atas kesalahan yang kami sengaja maupun tidak dalam pelaksanaan kegiatan tersebut," kata Koordinator JM-PPK Gunritno dan Bambang Sutikno dalam siaran pers yang diterima Tempo pada Kamis malam, 23 Juli 2015.
Gunritno menjelaskan, aksi itu dapat dipahami sebagai ungkapan kemarahan warga atas sikap Bupati Pati yang tetap mengeluarkan izin lingkungan kepada PT Sahabat Mulia Sakti, anak perusahaan PT Indocement. Padahal, kata Bambang, studi analisis mengenai dampak lingkungan menyatakan sekitar 60 persen warga menolak pendirian pabrik semen tersebut.
Pada Kamis, 23 Juli 2015, JM-PPK mengadakan halalbihalal di Omah Kendeng, Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. "Lebaran menjadi saat di mana kita bertemu untuk kembali berjabat tangan, mengeratkan tali silaturahmi dengan saling memaafkan," kata Gunritno.
Acara halalbihalal di Omah Kendeng ini cukup meriah dengan berbagai kegiatan. Di antaranya doa syukur Idul Fitri, lokakarya sablon cukil oleh kelompok musik Marjinal, serta acara penutup berupa penampilan Marjinal bersama grup gamelan anak- anak Wiji Kendeng yang membawakan lagu Suwe Ora Jamu.
Sementara itu, di lokasi sekitar 30 kilometer arah utara Omah Kendeng, berlangsung pemblokiran jalur Pantura di ruas jalan yang menghubungkan Pati dengan Kudus. Aksi itu dilakukan sekelompok warga yang mengatasnamakan Ahli Waris Gunung Kendeng. Bambang Sutikno menegaskan, pihaknya tidak mengikuti ataupun mengorganisasi pemblokiran jalan itu.
UWD