Selain dua piranti lunak tersebut, ada juga software Project Manajemen.
"Jadi kalau ada 100 proyek infrastruktur jalan, trotoar, pengerukan, lokasinya kita bisa tahu lewat foto. Kita bisa tahu penyerapan anggaran sehingga saya tidak harus selalu ke titik lokasi proyek secara fisik cukup dipantau dari Bandung Command Centre," imbuhnya.
Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Telematika Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Bandung Srie Dhiandini kepada Tempo mengatakan, aplikasi Media Social Analitic terbilang sukses. Pemkot Bandung bisa langsung merespon segala keluhan dan curahan hati masyarakat terkait infrastruktur dan pelayanan publik.
"Bisa terlihat SKPD yang paling aktif di media sosial. Yang pertama Bina Marga yang kedua Diskominfo," akunya.
Berbeda halnya dengan aplikasi Panic Button. Selama 10 hari ke belakang setelah di luncurkan, belum terlihat efektivitas piranti lunak ini. Kalaupun alarm berbunyi, panggilan tersebut berasal dari orang yang sekadar coba-coba.
"Ke depan kita lakukan ujicoba lagi. Untuk handphone berbasis iOS, blackberry dan windows belum bisa baru android saja.
Selain itu, belum efektifnya panic button dikarenakan hingga saat ini belum pernah ada kejadian kejahatan ataupun gangguan keamanan nyata yang dilaporkan pengguna.
"Kebanyak masih main-main, setelah ditelepon mereka bilang lagi coba-coba aja. Agar masyarakat terbiasa kita akan lakukan 3 sampai 4 kali simulasi lagi," tandasnya.
Kelemahan lainnya, lanjut Srie, petugas yang merespons panggilan pannic button ini juga tidak beroperasi 24 jam. Artinya, masih ada kekurangan pegawai.
PUTRA PRIMA PERDANA