TEMPO.CO, Nganjuk - Sehari pascamusibah tebing longsor yang menewaskan tiga orang di Air Terjun Sedudo, Nganjuk, sejumlah wisatawan masih mendatangi tempat itu. Pemerintah Kabupaten Nganjuk memang tetap membuka kawasan wisata alam tersebut namun melarang pengunjung mendekati air terjun.
Sejak Rabu pagi, 22 Juli 2015. lokasi pemandian alam yang terletak di di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan itu terus didatangi pengunjung. Hanya bedanya, jika biasanya mereka ingin menikmati kesegaran alam dan air terjun, kali ini mereka datang untuk melihat bekas-bekas longsoran.
Namun petugas belum memperbolehkan pengunjung yang sebagian besar warga sekitar pemandian itu mendekati air terjun. Sebab aparat Kepolisian Resor Nganjuk dan Taruna Siaga Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah masih melakukan pembersihan pemandian dari sisa-sisa material longsoran.
Sebagian besar benda yang jatuh dari lereng setinggi 105 meter dan menimpa wisatawan itu berupa batuan dan sebuah pohon pakis. “Pohon inilah yang menewaskan pengunjung,” kata Sumadi, petugas Dinas Pariwisata Nganjuk.
Menurut dia lokasi wisata alam terbaik di Nganjuk itu masih dibuka untuk umum. Namun pengunjung dilarang masuk ke kawasan pemandian yang dibatasi garis polisi. Hal ini untuk mencegah terjadinya longsor susulan yang kemungkinan masih bisa terjadi. Alhasil pengunjung hanya bisa berjalan-jalan di sekitar air terjun yang memiliki pemandangan alam eksotis itu.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Nganjuk Ghozali Afandi mengatakan pemerintah bertanggungjawab atas musibah yang terjadi di lokasi wisata milik negara itu. Selain menanggung penuh biaya pengobatan korban luka, Bupati Nganjuk Taufiqurrahman juga mengunjungi satu per satu korban meninggal yang merupakan warga dari luar Nganjuk. “Tadi Pak Bupati mengunjungi keluarga korban di Surabaya,” kata Ghozali.
Sebanyak tiga orang tewas dan enam lainnya mengalami luka-luka akibat musibah tersebut. Saat ini korban meninggal sudah dibawa ke rumah masing-masing di Tulungagung dan Surabaya. Sedangkan empat orang masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Nganjuk.
HARI TRI WASONO