TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah elemen masyarakat Yogyakarta berencana tak menghadiri acara open house yang digelar Raja Keraton yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Kepatihan Yogyakarta pada Rabu, 22 Juli 2015.
Pasalnya, meskipun acara itu bersifat umum dan menjadi rutinitas pasca-Lebaran, mereka khawatir kedatangan mereka bisa dipersepsikan negatif. Ini terutama terkait dengan belum selesainya polemik seputar sabda raja Sultan HB X yang memicu pro-kontra.
"Sudah ada pemberitahuan syawalan (open house) itu, namun kami belum ada rencana datang seperti tahun-tahun sebelumnya," ujar Ketua Dewan Penasehat Paguyuban Dukuh se-Gunungkidul 'Janaloka' Sutiyono, pada Selasa, 21 Juli 2015.
Sabda Raja HB X memicu polemik karena dinilai menyalahi paugeran adat istiadat yang dianut keraton selama ini. Salah satu poin sabda raja yang kontroversial adalah keputusannya mengangkat putri tertuanya sebagai calon pewaris takhta Yogyakarta. Sebelumnya, belum pernah ada perempuan yang memimpin kerajaan itu.
Sutiyono, yang juga Kepala Desa Banyusoca Playen Gunungkidul, membantah jika ketidakhadiran perwakilan paguyuban dukuh ke open house Sultan karena mengikuti langkah para kerabat keraton yang sengaja mangkir saat acara Ngabekten di Keraton, Sabtu, 18 Juli lalu. Para adik tiri Sultan HB X ketika itu juga tak hadir karena menolak sabda raja HB X.
"Ini inisiatif kami sendiri, tak ada suruhan atau instruksi siapa pun, bukan ikut-ikut," ujarnya.
Toh, lanjut Sutiyono, Sultan juga biasanya akan berkeliling ke semua daerah kabupaten/kota untuk menggelar syawalan bersama jajaran pemerintah daerah.
"Mungkin kami ikut yang saat (Sultan) berkeliling saja, biasanya jajaran perangkat desa dan dukuh juga diundang," ujarnya.
Ketua Paguyuban Seksi Keamanan Keraton (Paksi Katon), sebuah organisasi sayap keamanan sipil untuk keraton, Muhammad Suhud, juga berencana tak hadir dalam acara open house di Kepatihan itu.
"Saya tidak hadir karena masih repot," ujar Suhud.
Paksi Katon dalam tiap acara open house baik yang digelar di Kepatihan atau Keraton, biasanya terlibat aktif. Mereka bertugas membantu satuan Polisi Pamong Praja mengamankan ribuan warga yang hendak bersilaturahmi dengan Sultan.
PRIBADI WICAKSONO