TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Tantowi Yahya menduga adanya kepentingan negara asing sebagai penyebab terjadinya konflik saat perayaan Sholat Idul Fitri di Tolikara, Papua. Ia menuding adanya upaya pelemahan persatuan dengan menggoyang Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
"Pihak asing yang tak suka, mendorong melalui agen-agen mereka yang sudah berada di Indonesia," kata Tantowi, Sabtu, 18 Juli 2015.
Ia menyatakan telah menghubungi Kepala Badan Intelejen Negara Sutiyoso untuk memperoleh informasi soal insiden Tolikara. Akan tetapi, ia enggan memaparkan detil laporan Sutiyoso dengan dalih BIN tengah berkoordinasi dengan kepolisian dan TNI untuk menindaklanjuti pasca konflik.
Menurut Tantowi, saat ini sudah berlangsung perang proxy yang tanpa alusista. Negara-negara asing mencoba menguasai Indonesia dengan melakukan pelemahan kesadaran persatuan dari dalam. Saat semangat persatuan dan kesatuan mulai luntur, akan mulai ditimbulkan isu yang menyentuh perbedaan dan rasa nasionalisme.
Meski demikian, Tantowi mengklaim tak mau terlalu cepat menuding adanya kebijakan yang salah dari pemerintah soal Papua. Ia tak mau terburu mengkritik soal dibuka luasnya akses asing ke Papua. Ia justru menduga di Papua memang sudah banyak orang asing dengan pelbagai kepentingan.
"Yang terpenting sekarang, seluruh laporan BIN ke presiden jangan lagi ditelantarkan atau tak ditindaklanjuti," kata dia. "Karena laporan BIN itu intisari dari seluruh informasi yang 90 persen pasti benar."
Soal surat edaran larangan salat, menurut Tantowi, parlemen merasa janggal terhadap Intelejen dan aparat penegak hukum di lokasi karena tak melakukan pencegahan. Pasalnya, surat tersebut sudah beredar sejak pekan lalu.
FRANSISCO ROSARIANS