TEMPO.CO, Depok - Kepala SD Islam Terpadu Asshafa di Depok, Jawa Barat, Tomi Rohili, membantah kabar yang menyebut sekolahnya telah mengajarkan kekerasan dan paham radikalisme kepada anak didiknya lewat pentas teater.
Kabar itu bermula dari beredarnya sebuah foto di media sosial yang menggambarkan suasana pementasan siswa sekolah tersebut. Dalam foto itu, tampak anak-anak SD Asshafa mengenakan ikat kepala bertuliskan huruf arab dan tutup muka dengan kain sarung. Ada pula anak-anak yang memegang senjata mainan. Pementasan itu digelar pada pertengahan Juni 2015 lalu.
Tomi menegaskan pementasan teater itu jauh dari upaya indoktrinasi radikalisme. "Tema pementasannya soal jihad Palestina melawan Israel," katanya, ketika ditemui Senin 6 Juli 2015 lalu. Menurut dia, pementasan teater anak tersebut sama sekali tidak mengajarkan budaya kekerasan."Tujuannya hanya bentuk solidaritas kepada Palestina yang berjuang melawan Israel."
Tomi mengatakan pengisi peran pada pementasan teater tersebut adalah siswa kelas 1-5 SD Asshafa. "Dengan bermain teater ini, anak-anak bisa mempunyai kepedulian kepada sesama, terlebih dengan muslim di Palestina yang dijajah Israel," kata Tomi.
Dia mengakui, dalam satu bagian pementasan teater itu, memang ada adegan perang-perangan yang menggunakan senapan mainan. "Jadi ada cerita bagaimana warga Palestina melawan dengan senjata," katanya.
Namun, Tomi menjamin, adegan itu jauh dari kesan sadistis dan garang. Bahkan, dia menyatakan adegan perang-perangan justru mengundang tawa penonton yang geli melihat anak-anak kecil berakting menggunakan cadar dan senjata mainan. Tomi menilai adegan perang itu relevan karena dalam lakon teater itu ada cerita bagaimana warga Palestina yang ditindas dan ditangkap oleh Israel, kemudian dibebaskan oleh para pejuang Islam.
"Jadi kami ini tidak mengajarkan kekerasan dan kebencian. Kami justru mengajarkan kepedulian pada sesama," ucap Tomi.
Ketika ditanya, apakah siswa SD Asshafa memahami esensi perjuangan Palestina dan tidak salah menangkap pesan yang hendak disampaikan gurunya, Tomi mengakui bahwa sebagian besar dari siswa memang belum memiliki pengertian memadai soal konteks sosial dan politik perjuangan Palestina. "Terserah bagaimana orang menilainya, yang jelas kami ingin anak kita peduli saja kepada perjuangan Palestina," katanya.
SD Asshafa Pernah Gelar Pementasan Teater soal Pembunuh Kiai...