TEMPO.CO, Lumajang - Malam takbiran di Lumajang diwarnai hujan abu Gunung Raung, Kamis malam, 16 Juli 2015. Guyuran abu terasa di sejumlah kecamatan di bagian Timur dan Tengah dari Kabupaten Lumajang. Guyuran abu Gunung Raung ini bahkan dirasakan di kawasan Kota Lumajang.
"Mata terasa perih," kata Dian, warga Kecamatan Sukodono kepada Tempo. Selain Dian, pengendara motor yang mengenakan helm tanpa kaca penutup wajah juga akan merasakan perihnya abu Raung yang masuk ke mata.
Guyuran abu yang di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lumajang ini cukup tebal. Hujan abu yang cukup lebat di Lumajang terjadi lantaran angin bertiup mengarah ke Barat dan Utara pada Kamis malam.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Purwanto mengatakan hujan abu Gunung Raung di malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri 1436 H kali ini, cukup lebat. "Laporan hujan abu malam ini, cukup tebal," kata Purwanto kepada Tempo.
Dia mengatakan hujan abu Gunung Raung telah terjadi sejak Rabu, 15 Juli 2015. "Kemarin masih tipis-tipis saja. Tapi malam ini, hujan abunya mulai tebal," ujar Purwanto. Guyuran hujan abu dirasakan oleh warga di sejumlah kecamatan yakni Jatiroto, Yosowilangun, Kunir dan Lumajang.
Purwanto menghimbau kepada warga untuk mengenakan masker jika hendak keluar rumah. BPBD Lumajang akan membagikan masker di daerah-daeran yang terkena dampak hujan abu Gunung Raung di Hari Raya Idul Fitri besok, Jumat, 17 Juli 2015. "Kami berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk membagikan masker kepada warga yang terdampak abu Gunung Raung," ujar Purwanto.
Status aktivitas Gunung Raung hingga saat ini masih tetap di level siaga. Tremor menerus yang masih terjadi pada aktivitas vulkanik Gunung Raung, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi karena pergerakan fluida atau magma encer dari bawah kawah Gunung Raung.
DAVID PRIYASIDHARTA