TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah provinsi Jawa Timur menyiagakan moda transportasi darat menyusul ditutupnya semua bandara di Jatim, terutama Bandara Juanda Surabaya. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penumpang yang hendak mengalihkan perjalanannya melalui jalur darat.
“Jumlahnya sekitar 50 bus dari terminal Purabaya Surabaya, termasuk bus pariwisata cadangan. Untuk rutenya disesuaikan kebutuhan apabila yang digunakan adalah bus yang bukan trayeknya. Kami akan terbitkan izin trayek insidentil,” kata Kepala Dinas Perhubungan Jatim kepada Tempo, Kamis 12 Juli 2015.
Wahid mengungkapkan, puncak arus mudik di Terminal Purabaya telah terjadi pada Rabu, 15 Juli kemarin yakni mencapai 87.000 penumpang turun. Sehingga diprediksi hingga esok, arus mudik telah menurun secara signifikan. “Jadi masih ada sisa seat cukup besar, sekitar 60-70 persen,” ujarnya. Total untuk arus mudik, Dinas Perhubungan Jatim menyiagakan 563 uni bus cadangan dan 1.863 bus pariwisata.
Pihaknya juga berkordinasi dengan PT KAI di DAOPS 8 untuk menyiagakan kereta api ke berbagai jurusan. “Masih ada sisa seat sekitar 10 persen ke berbagai jurusan. Masyarakat bisa segera memesan secara online,” kata Wahid.
Akibat aktivitas debu vulkanik Gunung Raung yang kembali meningkat, hari ini semua bandar udara di Jatim dinyatakan ditutup. Bandara itu antara lain Bandara Juanda, Surabaya; Bandara Abdulrahman Saleh, Malang; Bandara Blimbingsari, Banyuwangi; Bandara Trunojoyo, Sumenep; dan Bandara Notohadinegoro, Jember.
Di Surabaya, bandara Juanda ditutup sejak pukul 13.30. Penutupan ini direncanakan sampai pukul 20.30 bergantung perkembangan kondisi dari Badan Meteorologi dan Geofisika.
ARTIKA RACHMI FARMITA