TEMPO.CO, Jayapura - Lebih dari seratus honai (rumah tradisional suku asli Papua) di Kampung Panaga, Distrik Panaga, Kabupaten Tolikara, dibakar massa. Penyerangan itu diduga dipicu kasus perzinahan berujung pembunuhan yang terjadi beberapa tahun lalu.
"Peristiwanya Rabu pagi, sekitar pukul 05.00 WIT," kata Kepala Kepolisian Resor Tolikara Ajun Komisaris Besar Suroso, Rabu siang, 15 Juli 2015. Selain membakar honai, masyarakat membakar dua puskesmas dan kantor lembaga swadaya masyarakat, World Vision Indonesia.
Menurut Suroso, pembakaran honai ini mirip dengan kejadian di Kampung Yelok pada Kamis, 9 Juli 2015. Ada dugaan warga Yelok menyerang balik warga Panaga. Belum diketahui apakah ada korban jiwa dalam dua pembakaran permukiman penduduk itu.
"Saat kampungnya dibakar, penghuninya sedang berada di Karubaga, ibu kota Kabupaten Tolikara, karena sedang berlangsung sebuah acara di sana," katanya.
Menurut data yang didapat pihaknya, Suroso mengatakan pemicu pembakaran yakni dendam lama akibat kasus perzinahan beberapa tahun lalu. "Pelaku perzinahan saat itu dibunuh. Warga lalu mencari pembunuhnya, yang diduga sekarang dalam keadaan sakit,” ujarnya.
Bupati Tolikara Usman Wanimbo bersama para pejabat musyawarah pimpinan daerah setempat telah menuju lokasi untuk meredam amuk warga. Menurut Usman, ia bersama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tolikara, Kapolres, dan beberapa unsur muspida sedang berusaha berkomunikasi dengan kedua pihak yang bertikai.
"Saya minta mereka tak lagi saling serang dan mau duduk bersama, selesaikan persoalan ini secara baik," kata Usman.
Menurut Suroso, saat ini situasi di Panaga, yang terletak sekitar 25 kilometer dari Karubaga, sudah berangsur kondusif. "Tapi kami dari kepolisian masih berjaga di lokasi kejadian, mengantisipasi serangan susulan," katanya.
CUNDING LEVI