TEMPO.CO, Makassar - Kematian anggota TNI dari Satuan Kostrad 433 Kariango, Prajurit Satu Aspin M. alias Hasbi menyisakan misteri. Hingga kini, sekelompok orang tak dikenal yang menganiaya Aspin di Lapangan Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa, Minggu, 12 Juli, belum tertangkap. Insiden itu sebenarnya mirip penyerangan brutal di pos polisi Bundaran Samata, Kabupaten Gowa, Kamis, 2 Juli, yang menewaskan Brigadir Irvanudin.
Juru bicara Polda Sulawesi Selatan dan Barat, Komisaris Besar Frans Barung Mangera, mengatakan pihaknya masih mengusut dua kejadian tersebut. Ia membantah serangan kedua itu aksi balas dendam atas penyerangan ke pos polisi yang menewaskan Irvanudin, anggota Sabhara Kepolisian Resor Gowa. "Saya pastikan itu bukan polisi. Tidak ada balas dendam," kata Frans di kantornya, Minggu, 12 Juli.
Baca juga:
Heboh Pohon Uang, Duit Rp 2,6 M Mendadak Jatuh Bak Daun!
Majikan Tergoda Rayuan Pembantu, Rp 51 Juta Raib
Dalam dua pekan terakhir, polisi dan tentara menjadi sasaran penyerangan brutal sekelompok orang tak dikenal. Insiden pertama terjadi di pos polisi di Bundaran Samata, Somba Opu, Gowa, Kamis, 2 Juli, dini hari. Dalam peristiwa tragis itu, Brigadir Irvanudin tewas dengan luka bacok pada sekujur tubuhnya. Dua rekannya, Brigadir Dua Usman dan Brigadir Mus Muliadi ikut terluka, tapi berhasil selamat.
Berselang 10 hari, insiden kedua terjadi di Lapangan Syekh Yusuf, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Minggu, 12 Juli 2015, dini hari. Giliran anggota TNI yang menjadi korban serangan brutal sekelompok orang tidak dikenal. Prajurit Satu Aspin meregang nyawa dalam kejadian tersebut. Adapun, rekannya, Prajurit Satu Faturahman ikut terluka, tapi berhasil menyelamatkan diri.
Wakil Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Sulawesi, Nasrum, mengatakan belum terungkapnya penyerangan pos polisi dan kurang transparannya pengusutan kasus itu menimbulkan kecurigaan adanya hubungan antara dua kejadian tersebut. Persepsi publik yang terbangun, insiden kedua kemungkinan adalah aksi balas dendam dari peristiwa sebelumnya.
Karena itu, Nasrum mengatakan pihaknya meminta agar polisi dan tentara menahan diri agar tidak timbul permasalahan yang lebih besar. Ia menegaskan kepolisian mesti mengungkap akar permasalahan yang memicu serangan. Bila tidak, dikhawatirkan hal itu hanya akan menjadi bom waktu yang memicu serangan-serangan berikutnya.
TRI YARI KURNIAWAN
Baca juga:
Ditahan Polisi, Pengemis Ini Punya Tabungan Rp 22 Miliar
Ini Rahasia Orang Sumedang Pantang Salat Id pada Hari Jumat
Baca juga:
Akun Akseyna UI Hidup Lagi, Polisi: Ini Petunjuk Baru !
Inul Bagi THR Rp 2 Miliar, Zaskia Gotik? Ini Jumlahnya