TEMPO.CO, Jakarta - Konflik Partai Golkar telah berlangsung lebih dari delapan bulan sejak kubu Agung Laksono menggelar musyawarah nasional di Ancol untuk menandingi munas Bali yang memenangkan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum. Hingga kini, kedua kubu saling serang di pengadilan dan belum jelas siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Meski dilanda konflik berlarut-larut, dua kader Golkar dari masing-masing kubu ternyata masih berhubungan baik. Bendahara Umum DPP Partai Golkar hasil Musyawarah Nasional Bali Bambang Soesatyo mengatakan, dirinya tetap akrab dengan Agung Laksono. "Saya masih berbisnis dengan Agung," kata Bambang saat dihubungi, Ahad, 12 Juli 2015.
Bambang menambahkan, ia dan Agung Laksono berbagi kepemilikan perusahaan tambang di Kalimantan Selatan. Menurut Bambang, urusan bisnis jauh lebih sederhana dibanding mengurusi partai politik. "Kalau bisnis jelas, untung bagi dua, rugi bagi dua," kata dia sambil tertawa.
Tak hanya dengan Agung, dengan kader lainnya Bambang mengatakan tetap sering makan bersama dan tertawa-tawa layaknya teman. Secara pribadi, kata Bambang, hubungan kader kedua kubu biasa-biasa saja, tak ikut berkonflik seperti partai beringin.
Meski demikian, Bambang menegaskan tak akan menghentikan proses hukum yang berjalan untuk menentukan kepengurusan mana yang sah. Terakhir, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) mengabulkan banding kubu Agung Laksono.
Dengan putusan PTTUN, putusan PTUN sebelumnya yang membatalkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang pengesahan kepengurusan Partai Golkar kubu Agung Laksono dinyatakan batal. Pihak Aburizal berencana mengajukan kasasi atas putusan PTTUN.
Pada saat yang sama, Pengadilan Negeri Jakarta Utara juga menyidangkan kasus dugaan perbuatan melanggar hukum oleh kubu Agung. Pihak Aburizal menggugat kubu Agung dengan tudingan memalsukan dokumen demi memuluskan munas Ancol.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA