TEMPO.CO, Jakarta - Polisi telah menemukan petunjuk untuk mengungkap teror bom yang terjadi di Mal Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten. Sesosok lelaki diduga sebagai pelaku terekam kamera pengawas di pusat belanja itu.
“Kami masih mempelajari isi rekaman,” kata Kepala Kepolisian Metro Jakarta Raya Inspektur Jenderal Tito Karnavian, 10 Juli 2015. Menurut Tito, di dalam rekaman terlihat jelas ada seorang pria masuk ke toilet, membawa benda berukuran kecil. Tidak berapa lama lelaki itu keluar lagi, tapi benda yang dibawanya sudah tidak terlihat di tangan.
Tito tidak bersedia menjelaskan secara rinci bentuk benda yang dimaksud. Dia hanya menyebutkan ukuran benda itu kecil. “Untuk kepentingan penyelidikan, kami tidak bisa mempublikasikan isi rekaman,” kata dia.
Sebuah ledakan terjadi di toilet pria di Ground Floor, Mal Alam Sutera, Jumat lalu, pukul 12.30. Tidak ada korban dalam insiden itu. Namun kaca pembatas ruang toilet hancur. Begitu juga dengan pintu toilet. Diduga ledakan itu berasal dari bom rakitan berdaya rendah.
Tito mengatakan diperkirakan motif pengeboman adalah untuk mengganggu perayaan Idul Fitri. Pelakunya diduga kelompok pendukung ISIS. “Perlu diwaspadai adanya sel-sel ISIS di sini, jadi semua kemungkinan kami pelajari,” kata dia.
Teror bom di Alam Sutera ini, kata Tito, mirip dengan insiden serupa yang terjadi di toilet ITC Depok, 23 Februari lalu. Karena itu, polisi memperkirakan dua kasus itu memiliki keterkaitan. Adapun dari material bom, bahan peledak yang ditemukan di ITC Depok dan Alam Sutera sama dengan bom rakitan yang ditemukan di Cibiru, Bandung, Jawa Barat, pada 2010.
Dalam kasus bom di Cibiru, polisi menangkap lima orang yang berasal dari pecahan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). “Jadi nanti tinggal dilihat siapa pecahan NII yang masih eksis hingga saat ini,” ujar Tito, yang pernah menjadi Kepala Detasemen Khusus Antiteror 88.
Pengamat terorisme, Mardigu Wowiek, menyatakan polisi dan intelijen kebobolan oleh kasus teror di Mal Alam Sutera tersebut. Apalagi ledakan terjadi menjelang Idul Fitri saat masyarakat tidak lagi memikirkan soal gangguan keamanan. “Harusnya intelijen yang bekerja keras, tapi ini malah ada bom, jadi artinya kecolongan,” kata dia.
Mardigu menduga bom di Mal Alam Sutera itu hanya permulaan. Menurut dia, pelaku sebenarnya bisa saja menggunakan bom yang berdaya ledak tinggi. Namun hal itu tidak dilakukan karena mereka memang tidak berniat mencari korban. “Ini baru semacam kode untuk mengumpulkan anggota-anggotanya yang sedang sembunyi,” kata dia.
Karena itu, Mardigu berharap polisi bisa segera menangkap pelaku. Dia juga meminta intelijen bekerja lebih keras untuk mengantisipasi aksi teror yang lebih besar. “Yang dikhawatirkan, jaringan ini justru bergerak lebih cepat dari penegak hukum sehingga ada korban yang jatuh,” kata dia. “Ini jadi pekerjaan rumah untuk Badan Intelijen Negara, Badan Nasional Penanggulangan Teroris, dan Densus.”
DIMAS SIREGAR | SUSENO