TEMPO.CO, Malang - Ratusan pelajar di Malang, Jawa Timur diketahui telah menjadi pecandu narkoba. Kelurga tak harmonis dan lingkungan buruk menjadi penyebab para pelajar itu terjerumus menjadi budak narkoba.
"Ada anak SD sudah menjadi pecandu narkoba," kata Kepala Divisi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Malang, Achjadi, Sabtu, 11 Juli 2015
Faktor pendorong lainnya, menurut Achjadi, karena anak-anak tersebut menjadi korban perdagangan dan eksploitasi. Jiwa anak-anak yang masih labil membuat mereka mudah terpengaruh teman dan lingkungan.
Berdasarkan data BNN Malang, sebanyak 25 siswa SD, 364 siswa SMP dan 621 siswa SMA telah menjadi pengguna narkoba.
Achjadi berharap keluarga menciptakan lingkungan yang harmonis untuk anak-anaknya supaya mereka terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Keluarga yang harmonis, katanya, akan membentengi anak dari pengaruh buruk lingkungan.
Kepala BNN Kota Malang Ajun Komisaris Besar Hennry Budiman mengatakan telah melakukan pembinaan kepada pelajar yang berpotensi menjadi pemakai narkoba. Salah satunya di SMP Negeri 23. BNN melayangkan surat ke sekolah tersebut agar diberi waktu melakukan pembinaan setelah menemukan salah satu siswanya menjadi pemakai.
Dia meminta agar sekolah itu melakukan tes urine secara mandiri. Tujuannya untuk mengetahui dan memastikan tak ada pelajar yang menggunakan narkoba. "Tes urine secara mandiri oleh sekolah, kami tidak bisa mengetes sendiri karena dana BNN terbatas," katanya.
Menurut Hennry, BNN Kota Malang hanya mendapat jatah 1.500 pemeriksaan setiap tahun khusus di intitusi pemerintah. Itu pun peralatan tes urine makin menipis dan tinggal tersisa untuk keadaan darurat kepada polisi, jaksa, dan tentara yang terindikasi memakai narkoba.
Wakil Kepala SMP Negeri 23 Kota Malang Ruby Santoso mengatakan pemeriksaan tes urine bakal dilaksanakan pekan depan setelah aparat menemukan ada siswanya yang positif mengonsumsi pil koplo. Pemeriksaan akan dilakukan kepada seluruh siswa semua tingkatan. "Untuk tes urine setiap siswa membayar Rp 30 ribu," katanya.
Alasan mengutip ongkos dari siswa karena sekolah tak menganggarkan biaya tes urine. Namun, khusus untuk siswa dari kalangan keluarga miskin, sekolah membebaskan pembiayaannya.
EKO WIDIANTO