TEMPO.CO, Makassar - Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat mengungkap modus baru peredaran narkotik di Kabupaten Pinrang. Komplotan pengedar di daerah itu tak lagi mengemas sabu dengan plastik sachet, melainkan dalam pipet atau sedotan yang diberikan kode.
"Ini pertama kali saya temukan," kata Direktur Reserse Narkoba Polda Sulawesi Selatan dan Barat Komisaris Besar Azis Djamaluddin, Jumat, 10 Juli. Dua pengedar jaringan Pinrang itu adalah Sahabuddin, 29 tahun, dan Haryono, 26 tahun.
Mereka diciduk di Jalan Andi Johan, Kabupaten Pinrang, Rabu, 8 Juli 2015. Bersama mereka disita barang bukti berupa 589 pipet berisi sabu paket kecil. Selain itu, ditemukan bong, empat telepon seluler, dan uang tunai Rp 2,68 juta. Mereka mengaku merupakan kaki tangan bandar besar, yakni bapak dan anak, DE, 46 tahun, dan JF, 22 tahun.
Azis menerangkan pengemasan sabu dalam pipet itu merupakan ide sang bandar besar yang sampai sekarang masih buron. Tiap pipet ada kodenya. Pipet merah seharga Rp 180 ribu dan pipet kuning seharga Rp 130 ribu. Bila dihitung, ratusan pipet paket sabu itu senilai Rp 81,4 juta. "Mereka sengaja kemas seperti itu agar tak gampang diketahui dan memudahkan penggunaannya," tutur dia.
Haryono mengatakan belum lama terjun ke bisnis serbuk haram itu. Ia mengaku tergiur dengan keuntungan mengedarkan sabu ketimbang seharian bekerja sebagai buruh harian. "Saya digaji tetap. Berapa pun yang saya jual, tiap hari dikasih Rp 200 ribu. Saya ini cuma ikut-ikutan, Pak, sama teman untuk tambah-tambah biaya kehidupan," katanya.
Selama menggeluti bisnis haram itu, Haryono mengatakan pelanggannya cukup banyak. Dalam satu jam dirinya bisa menjajakan lima paket. Adapun mereka yang kerap membeli sabu darinya mempunyai latar belakang pekerjaan yang beragam. "Mulai pelajar, petani, kondektur sampai PNS. Yang pegawai itu yang paling banyak," tuturnya.
Hal serupa disampaikan Sahabuddin. Ia mengatakan jaringan narkotik DE di Pinrang cukup dikenal oleh para pencandu narkoba. "Bukan kami yang cari, kok. Mereka yang berdatangan ke tempat jualan kami," ucap buruh kayu itu.
TRI YARI KURNIAWAN