TEMPO.CO, Pontianak - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan Kalimantan Barat dan Jambi merupakan daerah dengan pengurangan titik api di Indonesia. "Kalbar dan Jambi, sama-sama signifikan penurunannya," kata Siti, seusai memantau udara melihat titik api di Kalimantan Barat, Jumat, 10 April 2015.
Menurut Siti, kondisi Kalimantan Barat cukup menarik perhatian. Daerah ini melibatkan masyarakat hingga perangkat desa di tingkat terendah. "Bahkan Yayasan pemadam kebakaran swasta (juga terlibat)."
Cara ini ternyata sangat efektif mengingat titik panas yang tersebar di Kalimantan Barat mayoritas terjadi di lahan masyarakat yang tidak luas. "Tetapi (titik panas tersebut) terakumulasi menjadi besar, karena jumlahnya banyak," ujar Siti.
Satuan Tugas Antikebakaran Hutan dan Lahan bentukan Kepolisian Daerah Kalimantan Barat akan memberikan bantuan kepada masyarakat agar bisa memadamkan di wilayahnya secara mandiri.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat Sustyo Iriyono mengatakan untuk tahun ini jumlah kebakaran di areal hutan jumlahnya menurun tajam. "Kurang dari 1 persen, untuk kebakaran di areal cagar alam dan hutan lindung.”
Menurunnya angka kebakaran hutan itu, menurut Sustyo, ini karena pihaknya bekerja sama dengan Polda, dan bersama-sama melibatkan masyarakat terdekat agar berperan aktif menginformasikan keberadaan hotspot di wilayah itu. Jika memungkinkan, masyarakat bisa melakukan pemadaman kebakaran secara mandiri.
Satelit NOAA mencatat penurunan titik api di Kalbar cukup signifikan. "Bukan 26 persen saja, tetapi sekitar 70 persen. Untuk periode Januari hingga Juli 2014, terdapat 2712 hotspot sedangkan periode yang sama hingga 8 Juli 2015, hanya tercatat 373 hotspot.
Sustyo lenajutkan, hitungan jumlah titik api yang dibacakan Siti Nurbaya di awal, belum diakumulasikan secara keseluruhan. Sehingga, dengan penurunan titik panas itu memperlihatkan bahwa masalah kabut asap, bukan hal yang tidak mungkin ditangani.
ASEANTY PAHLEVI