TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mengaku sudah mendapat kabar yang menyebutkan dua pilot kewarganegaraan Indonesia bergabung ke Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS. Kabar tersebut salah satunya diperoleh dari pemerintah Australia.
"BNPT sedang mencari tahu kebenaran kabar tersebut," kata Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Inspektur Jenderal Arief Dharmawan ketika dihubungi Tempo, Kamis, 9 Juli 2015.
Menurut Arief, BNPT akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Indonesia untuk menelisik keberadaan kedua pilot itu. BNPT juga akan berkomunikasi secara intensif dengan pemerintah Australia. "Kami akan cari tahu bukti tentang pernyataan mereka (yang menyebut dua pilot Indonesia gabung ISIS)," kata Arief.
Menurut Arief, ada tiga faktor utama warga negara Indonesia mau bergabung dengan ISIS. Pertama, adanya ketertarikan terhadap ideologi ISIS. Kedua, ketertarikan terhadap uang. Sebab, ISIS berani menjanjikan bayaran yang tak sedikit untuk orang-orang yang mau bergabung dan bekerja untuk mereka. Sebagai contoh, ISIS berani memberi gaji sebesar US$ 8.000-12.000 per bulan atau Rp 104-156 juta (jika nilai tukar Rp 13.000 per US$ 1) untuk pekerja biasa.
"Dari 15 WNI yang dideportasi dari Turki beberapa waktu lalu, beberapa mengaku bahwa uang menjadi faktor pendorong mereka bergabung dengan ISIS," kata Arief.
Faktor pendorong ketiga adalah bergabungnya sejumlah tokoh teroris Indonesia ke dalam paham ISIS. Walhasil, para pengikut kelompok teror Indonesia pun ikut bergabung dengan ISIS. Sayangnya BNPT belum bisa memastikan penyebab kedua pilot Indonesia bergabung dengan ISIS.
Sebelumnya, Kepolisian Federal Australia (AFP) meyakini ada dua pilot Indonesia yang telah bergabung dengan kelompok militan ISIS. Hal itu terungkap dari laporan intelijen yang bocor dan tersebar di Internet. AFP menganggap bergabungnya dua pilot tersebut dengan ISIS merupakan ancaman bagi keamanan internasional.
Salah satu pilot, menurut laporan intelijen itu, diyakini telah mengunjungi Australia yang terlihat dari laman Facebooknya. Pilot bernama Tommy Abu Alfatih itu mengunggah foto di depan Sydney Opera House pada tahun lalu. Pilot lainnya, Ridwan Asustin, disebut telah menetap di markas ISIS Raqqa, sebelah timur Suriah. Ridwan diyakini sebagai mantan pilot Airasia dan telah menikah dengan pramugari maskapai yang sama. Dia diketahui mendukung laman online pro-ISIS yang menampilkan gambar dan posting-an tentang pembantaian dan pemenggalan oleh ISIS.
INDRA WIJAYA