TEMPO.CO , Surabaya:Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Surabaya optimistis menang dengan meraih hingga 93 persen suara dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, Desember nanti. Partai itu baru saja merekrut walikota inkumben Tri Rismaharini sebagai anggota partai yang kemudian dideklarasikan sebagai calon wali kota periode 2015-2020.
“Kalau Pak Jokowi (Joko Widodo) di Solo pada periode keduanya yang lalu berhasil menang dengan 92 persen suara, masa kami tidak bisa di atasnya? Minimal 93 persen lah,” kata Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, Kamis 9 Juli 2015.
Whisnu adalah juga Wakil Wali Kota Surabaya saat ini. Surat rekomendasi dari DPP PDIP menetapkan dia tetap mendampingi Risma untuk pemilihan pada akhir tahun ini. "Kami targetkan 93 persen suara sah di Kota Surabaya,” kata Whisnu lagi.
Baca juga:
Klorin di Pembalut Wanita, Daftar Merek, dan Reaksi Produsen
Christopher Burns, Orang Sydney yang Merasa Dikecoh Putri Margriet
Selain mengandalkan Risma, Whisnu mengungkap sejarah pemilihan langsung di kota itu pada periode yang lalu dimana PDIP bisa unggul sekalipun memiliki jumlah kursi di parlemen lebih sedikit daripada saat ini. Surabaya, kata dia yakin, adalah milik PDIP.
“Saya mohon semuanya bekerja all out, mari kita buktikan bahwa kita bisa mencapai target itu,” ujarnya menunjuk kepada para kader partai.
Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja dalam Koalisi Majapahit, A.H. Tony, menanggapi datar deklarasi pasangan calon Risma-Whisnu itu. Dia justru menilainya sebagai jawaban atas ‘teka-teki’ PDIP Kota Surabaya selama ini.
“Mudah-mudahan masyarakat tidak membaca bahwa PDIP sedang menjilat ludahnya sendiri,” ujarnya merujuk pada sikap Whisnu sebelumnya yang mengecam Risma dan ngotot hendak bersaing dengan ikut mencalonkan diri sebagai calon wali kota..
Menurut Tony, koalisi yang dideklarasikan bersama partai Gerindra, Demokrat, PKS, PKB, Golkar, dan PAN akan berupaya menyaring bakal calon wali kota yang dianggap memiliki kemampuan menyaingi Risma. Tapi, apabila tidak ditemukan calon ideal itu, Tony mengungkap rencana koalisi yang tidak akan memaksakan diri untuk mengusung pasangan bakal calon.
“Tentunya, kami akan terus mencarinya, meskipun kami harus poso (puasa) sampai 2017,” ujarnya mengisyaratkan adanya strategi penundaan pilkada pada tahun ini karena syarat minimal dua peserta dalam pemilihan tak terpenuhi.
MOHAMMAD SYARRAFAH