TEMPO.CO, Jakarta - Anggota tim ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Wawan Hari Purwanto, mengatakan BNPT tidak mengetahui nasib 16 warga negara Indonesia yang hilang di Turki. Sebab warga yang hilang pada 15 Februari lalu itu masuk daerah Suriah, markas Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Menurut Wawan, setelah mereka memasuki Suriah, pemerintah tidak mengetahui nasib mereka. "Kami tidak tahu informasi apa pun di Suriah," katanya ketika dihubungi, Kamis, 9 Juli 2015. "Di Suriah ada 14 Fraksi, dan kami tidak punya hubungan apa pun dengan mereka."
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri mengatakan 16 pemilik paspor Indonesia yang tinggal di Surabaya dan Surakarta itu hilang saat mengikuti tur. Begitu tiba di Turki menggunakan pesawat Turkish Airlines TK 67 dan tiba di Bandara Turkish International Ataturk, Istanbul, mereka memisahkan diri dari rombongan, yang beranggota 25 orang.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, saat berpisah, 16 orang itu meminta izin kepada pemimpin rombongan yang berasal dari agen travel Smailing Tour. Mereka berjanji akan kembali bergabung pada 26 Februari 2015 di Kota Pamukkale, Turki. "Namun saat jadwal pulang ke Indonesia pada 4 Maret, mereka tidak muncul di bandara," katanya 7 Maret lalu.
Wawan mengatakan 16 orang itu diiming-imingi dua hal agar mau bergabung dengan ISIS. "Uang dan surga," katanya. Jika ada wanita yang bergabung dengan ISIS, kata dia, tujuannya adalah menjadi pasangan mujahid dengan ganjaran surga.
HUSSEIN ABRI YUSUF