TEMPO.CO, Bandung - Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat Diden Trisnadi mengatakan, memasuki musim kemarau ini sudah ada tanaman padi yang mengalami puso atau gagal panen seluas 121 hektare. Rinciannya adalah 105 hektare di Subang dan 16 hektare di Cianjur. “Kalau yang posisinya terancam luasannya ada 12.143 hektare,” kata dia di Bandung, Kamis, 9 Juli 2015.
Sawah yang terancam kekeringan itu berpotensi puso jika tidak mendapat bantuan pengairan segera. “Tanamannya masih hijau, tapi bawahnya sudah mulai belah-belah,” kata Diden. Kalau semuanya puso, produksi padi yang berpotensi hilang mencapai 35.537 ton gabah kering giling.
Menurut Diden, lokasi sawah yang terancam Puso itu tersebar di 20 daerah di Jawa Barat. Paling luas di Indramayu mencapai 5.041 hektare, disusul Bogor 1.000 hektare, Sukabumi 669 hektare, Kuningan 642 hektare, Cianjur 573 hektare, Subang 584 hektare, Bekasi 475 hektare, Subang 584 hektare, Garut 512 hektare, Bandung Barat 548 hektare, Majalengka 490 hektare, dan Karawang 412 hektare. Selebihnya di bawah dua ratusan hektare.
Diden mengatakan, pihaknya masih menunggu informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika soal durasi kemarau yang dipengaruhi oleh fenomena El Nino. “Kalau kemarau sampai September nanti, berat,” kata dia.
Sejumlah upaya sudah dilakukan, di antaranya membagikan ratusan pompa air bagi sawah yang daerahnya masih memiliki sumber air. Diden mencontohkan di Cirebon dan Indramayu menggunakan pompa mengambil air dari Sungai Cimanuk untuk mengairi sawahnya.
Menurut Diden, produksi padi Jawa Barat anjlok akibat kemarau terakhir terjadi pada 2012. Saat itu produksi padi tercatat 11,27 juta gabah kering giling, sementara setahun sebelumnya menembus 11,63 juta gabah kering giling. “Kalau melihat luasan, dan posisinya hampir sama,” kata dia.
Diden mengatakan, luas lahan sawah di Jawa Barat menembus 925 ribu hektare. “Tapi kita tidak bicara berapa luasnya, tapi berapa pun itu harus diselamatkan,” kata dia.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, kekeringan kali ini terjadi di awal musim panen, saat usia padi berkisar 1,5 bulan. “Ini kekeringan di awal waktu. Antisipasinya ada pompa, sumur pantek, kemudian tentu masyarakat harus menghentikan penanaman padi dan menggantinya dengan tanaman lain,” kata dia di Bandung, Kamis, 9 Juli 2015.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan, optimistis target padi Jawa Barat tidak terganggu. “Saat hujan turun lagi, Insya Allah akan tanam lagi. Sehingga target tercapai,” kata dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi tahun 2015 ini meningkat 3,21 persen melihat realisasi tanaman produksi padi hingga April ini. Produksi padi tahun ini ditaksir 12,01 juta ton gabah kering giling, atau setara 7,5 ton beras. “Tapi produksi 2015 belum bisa mendekati produksi tahun 2013 yang menghasilkan 12,08 juta ton gabah kering giling,” kata Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Jawa Barat Ruslan di kantornya, Bandung, Rabu, 1 Juli 2015.
Menurut Ruslan, taksiran itu bisa berubah mengingat sejumlah sentra produksi padi Jawa Barat di wilayah pantai utara saat ini mulai mengalami kekeringan. “Beberapa wilayah mulai kekeringan seperti Subang, Indramayu, saat ini sedang tetap berupaya menanam dengan penyediaan pompa, mudah-mudahan estimasi ini bisa meningkat, paling tidak dibandingkan tahun 2014,” ujar dia.
Realisasi luas tanam padi tahun ini hingga April sudah menembus 789 ribu hektare. Luasan lahan itu lebih besar dibandingkan luas lahan di periode yang sama 2014 yang hanya 771 ribu hektare, tapi masih belum bisa melampaui luas tanam di periode sama tahun 2013 yakni 847 ribu hektare.
BPS mengumumkan angka tetap produksi padi Jawa Barat tahun 2014 sebesar 11,644 juta ton gabah kering giling, setara 7,3 juta ton beras. “Dibandingkan dengan 2013 mengalami penurunan 3,63 persen,” kata dia.
BPS mencatat sepanjang 2014 luas tanam padi di Jawa Barat 1,98 juta hektare, turun 2,47 persen dibandingkan luas tanam tahun 2013 yang menembus 2,02 juta hektare. Produktivitas padi juga turun 1,19 persen.
AHMAD FIKRI