TEMPO.CO , Yogyakarta : Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta mengantisipasi terjadinya kelangkaan elipiji tiga kilogram selama Ramadan karena praktik pengoplosan.
“Kami curiga, jika kelangkaan elpiji awal Juni lalu karena adanya praktik oplosan,” kata Kepala Seksi Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Gunungkidul, Supriyanto kepada Tempo Jumat 26 Juni 2015.
Namun dari dua pekan pemantauan secara acak yang mengambil sampel dari total empat agen dan 500 pangkalan, Dinas Perindustrian tak mendapati indikasi adanya praktik oplosan itu. Agen dan pangkalan pun diminta tetap menyertakan alat ukur timbangan untuk prasyarat jika barang yang mereka jual dalam kondisi normal atau bukan oplosan.
“Kalau di tingkat agen dan pangkalan aman, untuk pengecer belum tahu, belum ada tanda-tanda atau laporan masyarakat,” ujar Supriyadi.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Gunungkidul, Ajun Komisari Polisi Heri Suryanto membenarkan, dari pantauan Kepolisian belum menemukan tanda-tanda atau indikasi kegiatan masyarakat yang mengarah pada praktik pengoplosan elpiji yang diduga memicu kelangkaan.
Modus pengoplosan ini biasanya dapat dikenali dari adanya praktik borong elpiji ukuran tiga kilogram atau gas melon di pengecer dalam jumlah besar. Kemudian isi elpiji tiga kilogram itu dipindah ke dalam ukuran 12 atau 16 kilogram yang harganya lebih tinggi. Atau bisa dari ukuran tiga kilogram ke ukuran sama namun dengan mengurangi dari volume normal di bawah tiga kilogram.
“Mereka yang memborong ini juga tak akan berani mengoplos di dalam (area tengah Gunungkidul) tapi membawa keluar dulu," ucap Heri. Namun dari pantauan Kepolisian belum ada tanda-tanda aksi borong dan pengoplosan ini.
“Kelangkaan di tingkat pengecer murni terjadi karena seretnya pasokan dari pusatnya, karena kuota berkurang,” ujarnya.
Kepala Bidang Energi Sumber Daya Mineral Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Gunungkidul, Pramuji Ruswandono mengatakan Rramadan ini kuota harian elpiji di Gunungkidul sudah ditambah delapan persen menjadi 10.227 tabung per hari guna mengatasi lonjakan permintaan. “kelangkaan seperti awal Juni lalu seharusnya tak terjadi lagi kecuali memang ada persoalan di lapangan, kami sudah awasi ketat agen dan pangkalan,” ujarnya.
Agen elpiji wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta dari CV. Dian Paramitha, Bisma kepada Tempo menuturkan tak yakin kelangkaan elpiji dipicu praktik pengoplosan. Sebab untuk melakukan pengoplosan elpiji bukan hal mudah. “Butuh peralatan memadai dengan biaya besar dan keberanian, karena baunya sangat menganggu warga sekitarnya,” ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO