TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan mengaku menemukan beberapa proyek infrastruktur yang mangkrak. Tak tanggung-tanggung, nilainya mencapai US$ 11 miliar atau sekitar Rp 143 triliun.
"Mangkraknya dari empat tahun lalu, padahal kita sudah bayar biaya komitmennya," kata Luhut, setelah melakukan konferensi pers, di kantornya, Jakarta, Kamis, 25 Juni 2015. Temuan itu langsung disikapi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan memerintahkan Luhut dan Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi memantau langsung.
Proyek yang mangkrak misalnya pembangunan rel kereta api. Setelah didalami, masalahnya ternyata cukup sepele, yaitu perdebatan mengenai lebar rel. Menurutnya, masalah seperti ini seharusnya diserahkan pada ahlinya dan bukan malah didiamkan.
Hal-hal kecil seperti inilah yang banyak ditemui saat melakukan pendalaman. Walaupun masalah kecil, tapi diakuinya berdampak luas. "Ini biasanya disebut bottle necking."
Luhut mengklaim sudah menyelesaikan beberapa proyek mangkrak. Salah satunya adalah rencana pembangunan bandara Kertajati di Jawa Barat. Permasalahan yang ada pada bandara tersebut hanyalah pengalihan aliran sungai yang ada pada ujung landasan.
Tak adanya koordinasi antar-pemangku kebijakan dituding menjadi penyebab utama tak kunjung kelarnya proyek itu. "Akhirnya kami ajak duduk mereka, dalam waktu singkat akhirnya disetujui solusinya."
FAIZ NASHRILLAH