TEMPO.CO , Jakarta: Pada 2015 ini, Observatorium Bosscha tak mendapat dana pengamatan hilal atau bulan sabit baru dari pemerintah. Sebelumnya sejak 2007-2014, Kementerian Komunikasi dan Informasi membiayai tim peneliti dari Observatorium Bosscha, Lembang, untuk mengamati hilal setiap bulan di musim kemarau.
Direktur Observatorium Bosscha, Mahasena Putra, mengatakan pengamatan hilal itu hanya untuk pembelajaran agar masyarakat di sekitar lokasi pengamatan, tahu seputar hilal atau bulan sabit yang menandakan datangnya bulan baru dalam kalender Islam.
Pengalaman yang mengesankan dari tugas itu, menurut Mahasena, ketika banyak warga yang tertarik dan mengerumungi tim. "Mereka masih banyak yang belum pernah melihat bulan baru itu seperti apa," ujarnya. Sambil menunjukkan wujud hilal itu, astronom Bosscha menjelaskan seputar fenomena tersebut kepada masyarakat.
Dalam setahun, Mahasena menambahkan, hanya sekitar 4-5 kali tim berburu hilal. Alasannya pada bulan lain, pengamatan urung karena kondisi cuaca yang berawan di musim hujan.
Selain memberi edukasi, tim astronom juga mengumpulkan data hasil pengamatan hilal tersebut di lapangan. "Fungsi untuk sains agar tahu seberapa dekat dari matahari untuk melihat bulan sabit," ujarnya. Setelah matahari tenggelam di horison misalnya, berapa jarak yang masih terkejar untuk melihat hilal setelah azan magrib.
Lokasi pengamatan tim astronom Bosscha, selain di Observatorium Lembang, juga ada antara lain di Kupang, Makasar, dan Bangkalan, Madura. Lokasi di barat seperti Aceh, tidak masuk daftar. "Karena makin ke barat seringkali mendung atau terhalang awan," ujarnya.
Di luar Observatorium Bosscha, biasanya turun sampai enam tim. Di daerah pengamatan, mereka berpencar. Tiap tim berawak dua orang astronom Bosscha, selebihnya dari staf Lapan, BMKG, majelis ulama, atau pegawai lokal kementerian agama.
Khusus untuk pengamatan hilal penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal, Mahasena menjelaskan, Kementerian Agama meminta astronom Bosscha sebagai ahli pengamat hilal. Hasilnya terlihat atau tidak di lokasi pengamatan, disampaikan ke petugas lokal kementerian agama. "Kami tidak berwenang melaporkan langsung selain hanya menunjukkan hasil pengamatan," katanya. Jika terlihat, hilal itu harus direkam dengan kamera foto atau video sebagai tanda bukti.
Di lapangan, skenario hasil pengamatan kadang meleset dari harapan karena cuaca mendung atau jarak hilal yang dekat dengan matahari. Akibatnya, menurut Mahasena, hilal menjadi sangat sulit terlihat. Kini, tanpa biaya dari pemerintah, pengamatan hilal hanya bisa mereka usahakan dari Observatorium Bosscha.
ANWAR SISWADI