TEMPO.CO, Ternate - Puluhan nelayan di Pulau Ai, Kepulauan Banda, Maluku Tengah, memilih tidak melaut setelah fenomena perubahan warna air laut menjadi merah.
Ridwan Umar, seorang nelayan di Pulau Ai, Kepulauan Banda, Maluku Tengah, mengatakan keputusan untuk tidak melaut lantaran banyak nelayan yang percaya perubahan warna air laut menjadi merah sebagai pertanda tidak baik untuk melakukan aktivitas menangkap ikan. Karena itu, banyak nelayan di Pulau Ai memilih untuk melaut kembali setelah warna air laut kembali biru seperti semula.
“Sejak kejadian, semua aktivitas melaut di Pulau Ai terhenti. Ada kurang-lebih 30 orang nelayan memilih tidak melaut. Tapi aktivitas penyeberangan dari dan ke Pulau Ai tetap normal. Nelayan hanya takut menangkap ikan karena banyak yang percaya itu membawa sial,” kata Ridwan, yang dihubungi Tempo pada Senin, 22 Juni 2015.
Menurut Ridwan, perubahan warna air laut menjadi merah di Pulau Ai merupakan fenomena yang baru pertama kali terjadi. Masyarakat umumnya meyakini perubahan warna air laut sebagai pertanda tidak baik. Meski demikian, ada sebagian warga yang menganggap fenomena itu merupakan fenomena alam.
“Makanya masyarakat yang tidak percaya meminta pemerintah daerah untuk melakukan uji laboratorium,” ujar Ridwan.
Kepala Kepolisian Resor Maluku Tengah Ajun Komisaris Besar Polisi Herley Silalahi mengatakan perubahan warna air laut menjadi merah di Pulau Ai sampai membuat masyarakat panik berlebihan. Meski begitu, aktivitas di Pulau Ai terpantau kondusif dan normal.
Kepolisian saat ini terus berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti pemerintah daerah dan aparatur desa, untuk mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dan tidak panik. “Kami juga minta masyarakat untuk tidak menghubung-hubungkan fenomena itu dengan hal mistik karena sebenarnya itu fenomena alam biasa. Jadi sekali lagi masyarakat agar tetap tenang,” tutur Herley.
Minggu pagi, 21 Juni 2015, masyarakat Pulau Ai mendadak dibuat geger dengan perubahan warna air laut menjadi merah menyerupai warna darah. Peristiwa itu terjadi saat masyarakat mulai melakukan aktivitas.
BUDHY NURGIANTO