TEMPO.CO , Yogyakarta: Peneliti Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral memprediksi ambrolnya tebing karang di Pantai Sadranan Tepus Gunungkidul yang menewaskan sejumlah wisatawan pada Rabu 17 Juni lalu merupakan akumulasi dari fenomena penataan lempeng samudera di bawah benua Asia.
Penyusupan antar lempeng Samudera Hindia tersebut memicu terangkatnya permukaan bumi, terutama bagian sepanjang pantai Laut Jawa, yang masih terjadi sampai saat ini.
Dalam proses terangkatnya permukaan pantai inilah kerap memicu batuan Gunungsewu yang berada di pesisir Gunungkidul terjadi retakan-retakan dengan bentuk tegak (atas ke bawah). Sistem retakan ini sifatnya membujur dari barat ke timur atau meliputi sejumlah pantai selatan Jawa.
“Kecepatan retakan akibat penunjaman lempeng dan terangkatnya permukaan itu lumayan cepat, sekitar 1-1,5 sentimeter per tahun,” ujar peneliti Utama Pusat Survei Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Bandung, Jawa Barat, Hanang Samodra, saat dihubungi Tempo, Jumat, 19 Juni 2015.
Kondisi batuan karst atau kapur atau gamping di Gunungsewu yang kaku dan keras ikut meningkatkan resiko dampak bahaya jika retakan batuan terus memanjang. “Batuan itu tak akan longsor sedikit-sedikit, tapi ambrol karea tak punya daya ikat lagi,” ujarnya.
Yang mempercepat retakan itu melebar, menurut Hanang, di antaranya karena air hujan yang intensif masuk dan mempercepat pelapukan. Minimnya vegetasi turut mempercepat menyusupnya air hujan ke retakan terdalam batuan pula.
Terkait intensifnya empasan air laut yang menyebabkan batuan karang berongga dan mempercepat ambrol, Hanang menilai, tak begitu signifikan pengaruhnya.
Hanang juga belum berani menyimpulkan apakah ambrolnya tebing Sadaranan lalu sebagai dampak lanjutan dari gempa hebat di Yogyakarta pada 2006 silam.
“Kalau gempa 2006 disebabkan karena tumbukan lempeng bawah benua yang terlalu keras, terlalu jauh mengaitkan ambrolnya tebing ini dengan gempa itu,” ujarnya.
Badan Geologi menyatakan, sesungguhnya tak ada cara yang benar-benar efektif guna memperlambat atau menghentikan retakan batuan di sepanjang pantai selatan Jawa. “Kecuali mengisolir tebing-tebing rawan itu dari jangkauan manusia guna mengurangi resiko,” ujar Hanang. Tebing-tebing yang dideteksi sudah memiliki retakan, disarankan langsung dipagari.
Untuk melakukan mitigasi bencana tebing ambrol di sepanjang pantai selatan itu, Badan Geologi merekomendasikan dilakukan pemetaan ulang pada seluruh tebing pantai selatan. Badan Geologi sendiri pekan depan rencananya hendak memantau kondisi di lokasi Pantai Sadaranan.
Bupati Gunungkidul Badingah menuturkan akan segera membentuk semacam tim yang melibatkan berbagai unsur agar kejadian itu tak terulang.
“Ini benar-benar fenomena alam yang tak bisa diprediksikan, perlu evaluasi ulang kondisi pengamanan di pantai, termasuk penambahan rambu larangan,” ujar Badingah.
PRIBADI WICAKSONO