TEMPO.CO, Yogyakarta - Kasiyem, 64 tahun, salah satu korban selamat tebing rubuh di Pantai Sadranan Tepus Gunungkidul mengatakan ada sekitar sepuluh orang lebih berada di bawah tebing saat peristiwa terjadi, Rabu 17 Juni 2015.
"Tapi untuk anak-anak sebagian sudah sempat keluar sebelum kejadian untuk cari ikan, saya tak tahu sisanya ada sekitar berapa," ujar Kasiyem warga Karangmojo Gunungkidul saat ditemui Tempo di ruang Anggrek, RSUD Wonosari Gunungkidul.
Kasiyem yang ikut menderita luka ringan di kakinya itu menuturkan, ia dan beberapa orang tua harus keluar dari bawah tebing ketika anak-anak kecil meminta dicarikan ikan. Sebagian wisatawan berteduh karena cuaca sedang panas-panasnya, sementara di bawah tebing tak ada air sama sekali alias sedang kering.
"Persewaan payung juga pas lagi tutup, jadi banyak yang ke bawah tebing ngeyup (berteduh)," ujar Kasiyem.
Kasiyem sendiri ditarik dua cucunya umur 5 tahun dan 8 tahun agar membantu mencari ikan. Ajakan itu diiyakan Kasiyem dan dua keponakannya. Baru sekitar 20 langkah, tebing luruh dalam hitungan detik. Pekik panik dan jerit tangis minta tolong langsung menyeruak di antara para wisatawan yang merasa kerabatnya ikut tertimbun.
"Saya bersama 13 orang rombongan, alhamdullilah semua selamat karena keluar tebing dulu," ujar Kasiyem.
Seorang petugas tim Disaster Victim Identification Pemerintah DIY yang tak mau disebut namanya menuturkan, jelang tengah hari proses identifikasi empat jenazah telah memasuki tahap rekonstruksi.
"Semua keterangan sebelum kematian dari kerabat sudah terkumpul semua, tinggal rekonstruksi," ujar petugas itu.
Kepala Kepolisian Resor Gunungkidul Ajun Komisari Besar Polisi Hariyanto menuturkan, belum ada tambahan korban baru yang berhasil dievakuasi sampai siang ini. Dari 11 orang hilang yang diterima kepolisian, baru empat jenazah yang saat ini diidentifikasi.
PRIBADI WICAKSONO