TEMPO.CO, Bengkulu - Mau buka usaha, tapi tidak ada modal. Mau pinjam uang ke bank, tapi tidak punya jaminan. Pada zaman sekarang mana ada lembaga perbankan yang bersedia mencairkan dana tanpa jaminan?
Tapi, di Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Darma Mukti, jaminan bukan syarat mutlak dalam penyaluran pinjaman. Dengan menjadi anggota LKM milik Desa Darma Agung, Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara, ini, semua warga dapat meminjam uang dengan menjaminkan "omongan" saja.
"Kita tidak pakai jaminan. Cukup menjaminkan omongan bahwa dia akan mengembalikan uang tersebut sesuai dengan kesepakatan," kata Suparni, penanggung jawab LKM Darma Mukti.
Penyaluran kredit dengan sistem saling percaya ini telah berjalan hampir 15 tahun atau sejak lembaga itu dibentuk pada 2000. Anggota kelompok tersebut, yang saat ini berjumlah 125 orang, tidak pernah mangkir dari kewajiban melunasi pinjaman.
"Sekali waktu ada satu-dua orang yang telat mengangsur. Biasanya kita membicarakannya secara kekeluargaan dan memberi waktu kepada mereka untuk membayar. Sejauh ini, hal tersebut berhasil, sehingga kami belum pernah melakukan penagihan secara keras, apalagi menyita barang-barang mereka," ucap Suparni.
Menurut dia, tak ada kredit macet yang ditangani LKM itu. Semua dana yang disalurkan ke anggota dapat dikembalikan ke LKM tepat waktu. Malah, dana awal LKM yang hanya Rp 90 juta sekarang telah berkembang menjadi Rp 170 juta.
"Dana yang kita kembangkan memang nilainya sedikit karena kita menerapkan bunga yang sangat ringan. Yang terpenting, aliran dana tersebut berkesinambungan dapat dimanfaatkan anggota," kata Suparni.
Sistem yang dijalankan lembaga keuangan yang dibentuk dari program pemberdayaan keuangan mikro ini sangat sederhana. Anggota LKM ini terdiri atas beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan minimal 10 orang dan memiliki satu ketua dan sekretaris yang bertindak sebagai penanggung jawab anggotanya.
Setiap tahun mereka melakukan pencairan dana dua kali, yaitu setiap enam bulan sekali. Anggota yang mendapatkan pinjaman diwajibkan mengembalikan uang tersebut dalam waktu satu tahun dengan bunga hanya 1,5 persen.
"Dana yang ada biasanya kita bagi secara adil, sehingga setiap orang mendapat nilai pinjaman yang sama," ungkap Suparni, yang juga guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kabupaten Bengkulu Utara itu.
Saat ini, dengan dana sebesar Rp 170 juta, setiap anggota lembaga keuangan ini bisa mendapatkan pinjaman Rp 1.500.000. "Ini nilai yang cukup besar jika dibanding awal-awal pendirian lembaga ini. Dulu mereka hanya bisa mendapat pinjaman Rp 500 ribu," katanya.
Sistem pembayaran pun disesuaikan dengan usaha anggota kelompok perempuan ini. Pedagang membayar setiap bulan atau tiga bulan sekali. Sedangkan petani dan peternak membayar setiap enam bulan sekali atau sesuai dengan masa panen usaha mereka.
PHESI ESTER JULIKAWATI