TEMPO.CO, Sidoarjo - Stan di ujung pintu masuk acara Gelar Pameran dan Simposium Inovasi Pelayanan Publik Nasional Tahun 2015 di area parkir timur Gedung Olahraga Delta Sidoarjo itu tanpa aksesori. Hanya ada tiga-empat banner di dinding bersekat bertuliskan "Program Inovasi Kemitraan Bidan dan Dukun Beranak". Namun siapa sangka, stan milik Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil itu telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
"Tahun 2014, kami masuk final. Tahun ini kami mendapatkan juara II dari UNPSA (United Nations Public Service Award)," kata Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak dan Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Aceh Singkil Eva Nurfita di stan itu, Senin, 15 Juni 2015.
Program kemitraan bidan dan dukun beranak itu dicanangkan pada 2012 dengan dukungan lembaga non-pemerintah dan lembaga donor United States Agency for International Development (USAID). Semula hanya ada dua puskesmas yang menjalankan program itu. Tapi sekarang delapan dari sebelas kecamatan di Aceh Singkil sudah menerapkannya.
Menurut Eva, program itu dilatarbelakangi banyaknya masyarakat yang masih mempercayakan proses kelahiran anaknya ke dukun desa. Padahal masalah itu yang selama ini menyumbang tingginya angka kematian ibu dan bayi. "Melihat masalah ini, kami memikirkan bagaimana bekerja sama."
Eva mengatakan kerja sama itu terlaksana berkat kerelaan dukun, bidan, dan kepala desa setempat. Selama ini, kata Eva, kemitraan antara dukun dan bidan sudah biasa terjadi. Dengan program ini, kepala desa mengeluarkan surat keputusan untuk dukun. “Juga memberikan uang insentif kepada dukun." Insentif itu berasal dari dana desa.
Dukun juga mendapat insentif dari bidan sebesar Rp 50 ribu untuk setiap persalinan yang ditolong bersama. Uang itu merupakan bentuk terima kasih. "Dari sisi psikologis, dukun membantu menenangkan pasien."
Eva memperkirakan partisipasi masyarakat dengan bentuk sistem insentif yang sebelumnya bisa memicu “rebutan lahan” antara bidan dan dukun menjadi pertimbangan UNPSA memilih program ini sebagai di juara II. Pengumuman juara II kompetisi pelayanan publik tingkat dunia itu diketahui pada 6 Mei 2015. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi menyampaikan penghargaan tersebut.
NUR HADI