TEMPO.CO, Denpasar - Wali kelas Angeline, Putu Sri Wijayanti, tak bisa menahan tangis saat membacakan rapor kenaikan kelas anak didiknya itu. Bocah 8 tahun tersebut telah tiada. Dia ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di belakang rumahnya di Jalan Sedap Malam, Sanur, Bali.
"Angeline tetap naik kelas," kata Sri setelah membacakan rapor pada Jumat, 12 Juni 2015. Menurut Sri, meski Angeline tidak mengikuti ujian sekolah, nilai ujian tengah semester dan ulangan hariannya cukup memuaskan. "Nilainya cukup baik."
Kepala Sekolah SD Negeri 12 Sanur, I Ketut Ruta, menuturkan anak didiknya ini menjadi pendiam setelah duduk di kelas II. Padahal, ucap dia, saat awal masuk sekolah, Angeline merupakan anak yang ceria.
Ruta berujar, setiap hari, Angeline jalan kaki ke sekolah yang jaraknya 3 kilometer dari rumahnya tersebut. Padahal kawan-kawan seangkatannya kebanyakan diantar atau naik sepeda.
Di sekolah, Angeline sering terlihat murung. "Kalau ditanya, harus sampai tiga kali baru jawab," katanya. Sesekali Angeline bahkan tiba-tiba menangis.
Ruta menuturkan Angeline juga sering diejek kawan-kawannya. Sebab, kadang dia berangkat dalam kondisi kucel dan bau kotoran ayam. Pernah beberapa kali wali kelas Angeline memandikannya di sekolah karena ada kotoran ayam di rambutnya.
Angeline selama ini tinggal bersama ibu angkatnya, Margriet Megawe. Dia diadopsi sejak berumur 3 hari.
Angeline dinyatakan hilang sejak 16 Mei lalu. Polisi akhirnya menemukan bocah cantik ini terkubur membusuk di bawah pohon pisang di pekarangan rumahnya. Jasadnya dibalut kain seperti seprai berwarna terang yang telah bercampur dengan warna tanah. Polisi juga menemukan tali dan boneka yang dikubur beserta Angeline.
Polisi lalu memeriksa tujuh orang. Mereka adalah Margriet, dua putri Margriet, pembantu bernama Agus, seorang petugas satpam, dan dua pengontrak di rumah Margriet. Polisi lalu menetapkan Agus sebagai tersangka. Agus mengaku memperkosa Angeline dan membunuhnya.
SYAILENDRA